Kue Cokelat Panggang untuk Ibu
Bambang Irwanto
“Aduh...
gosong lagi,” keluh Lipi saat mengeluarkan kue cokelat dari dalam oven.
Pili yang
melihat asap mengepul-ngepul segera menghampiri saudara kembarnya itu.
“Yah..gosong.”
seru Pili kecewa. “Padahal Ibu sudah mengajarimu cara memanggang kue.”
“Maafkan aku
ya, Pi,” ucap Lipi menyesal. “Padahal aku sudah berusaha, tapi sayangnya aku
lupa mengecilkan api kompor.”
“Ya, sudah.
Tidak apa-apa kok. Yuk, kita membeli bahan kue lagi. Masih ada waktu kok,
sebelum Ayah dan Ibu pulang.”
Lipi
mengangguk.
Hari minggu ini,
Lipi dan Pili berencana membuat kue bolu cokelat panggang untuk Ibu, sebagai
hadiah ulang tahun. Makanya sejak pagi mereka sibuk di dapur. Ayah dan Ibu sedang
pergi ke rumah Paman Kilu, adik Ibu.
Lipi dan
Pili segera menuju toko Pak Hud di ujung desa. Bruk... Tiba-tiba Lipi dan Pili
mendengar sesuatu, saat melewati kebun bunga Nenek Arita. Mereka bergegas
melihat apa yang terjadi.
“Wah.. Nenek
Arita terjatuh!” seru Pili sambil masuk ke kebun bunga dan membantu Nenek Arita
berdiri. “Nenek tidak apa-apa?”
Nenek Arita
menghapus keringat di dahinya. Iya, saya lelah sekali,” keluh Nenek Arita.
“Seharusnya
Nenek beristirahat saja,” kata Lipi.
“Iya. Tetapi
bunga-bunga di kebun harus segera dipetik. Sebentar lagi Pak Ron akan datang
mengambil bunga untuk dijual di pasar.”
Pili
menyenggol lipi. “Kita bantu Nenek Arita, yuk!”
Lipi terdiam
sejenak. “Aduh...nanti kita telat membuatkan Ibu kue cokelat panggang.”
“Sebentar
saja,” bujuk Pili.
Lipi
akhirnya setuju. Ia dan Pili membantu Nenek Arita memotong bunga Lili. Ternyata
bunga yang hendak dipanen banyak sekali. menjelang siang pekerjaan Lipi dan
pili baru selesai.
“Wah.. Nenek
Arita tertidur. Kita letakkan saja bunga-bunga Lili ini di teras,” kata Pili.
Setelah
pekerjaan selesai, Lipi langsung menarik tangan Pili menuju toko Pak Hud.
“Pak, kami
ingin membeli bahan kue,” kata Lipi.
“Sayang
sekali. tepung terigu baru saja habis. Nyonya Amelia memborong sekarung, karena
besok ada pesta kecil di rumahnya,” kata Pak Hud.
Lipi
langsung kecewa. “Aduh bagaimana ini, Pi?” semua gara-gara kamu yang membatu
Nenek Arita.”
“Ya, mau
bagaimana lagi. Masa kamu tega melihat Nenek Arita,” bela Pili.
Lipi
berjalan pulang. Pili mengikuti langkah Lipi. Sepanjang perjalanan Lipi diam
saja. Ia kesal sekali pada Pili.
“Lipi, Pili...
ayo kemari!” panggil Nenek Arita saat Lipi dan Pili melintas di depan rumahnya.
Uh, pasti Nenek
Arita meminta bantuan lagi, gumam Lipi kesal. Wajahnya langsung cemberut.
Lipi ingin
berjalan pulang, tetapi Pili sudah menarik tangannya untuk menghampiri Nenek
Arita yang berdiri di depan rumahnya.
“Nenek sudah
sehat?” tanya Pili.
“Iya, Nenek
tadi tertidur. Maaf ya, kalian pulang saat Nenek tidur. Padahal kalian sudah
membantu Nenek.”
“Tidak
apa-apa, Nek. Kami memang harus segera ke toko Pak Hud membeli bahan kue.”
“Oh ya. kalian
ingin membuat apa?” tanya Nenek Arita.
Pili segera
menceritakan pada Nenek Arita.
“Aduh,
kasihan sekali. Gara-gara Nenek, kalian kehabisan tepung terigu. Ehm tapi Nenek
ada akal. Ayo masuk!” nenek Arita membuka pintu lebih lebar.
Pili segera
mengikuti Nenek Arita, sedangkan Lipi di luar saja.
“Lipi, ayo
masuk!” ajak Pili.
“Uh.. pasti
Nenek Arita ingin meminta bantuan kita lagi,” keluh lipi.
Lipi dan
Pili menyusul Nenek Arita di dapur. Nenek Arita segera membuka lemari dapurnya.
Ia mengeluarkan terigu, mentega, telur, cokelat.
“Nenek mau
membuat kue?” tanya Lipi.
Nenek Arita
mengangguk. “Iya, kue untuk Ibu kalian.”
“Betulkah,
Nek?” tanya Lipi tidak percaya. Wajahnya langsung ceria.
“Iya, kalian
kan, sudah membantu nenek. Kalian mau membantu nenek membuat kue kan?”
“Mau, Nek!”
jawab Lipi dan Pili kompak.
Lipi membantu
mengocok telur, sedangkan Pili membantu mengolesi margarin. Sebentar saja kue
cokelat panggag sudah jadi.
“Wah...
harumnya, Nek.” Puji Lipi
“Pulanglah,
Ibu kalian pasti sudah menunggu.”
Setelah
mengucapkan terima kasih, Lipi dan Pili pulang dengan gembira.
“Untung ada
Nenek Arita ya, Pi. Kita bisa memberikan kue cokelat panggang untuk Ibu,” kata
Lipi gembira.
“Iya dan
dijamin rasanya enak dan tidak gosong,” goda Pili.
“Ah... Pili,”
pipi Lipi bersemu merah.
0 Response to "Kue Cokelat Panggang untuk Ibu"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.