Dimuat di Majalah Bobo
Taman Bunga Nyonya Stela
Oleh: Agnes Dessyana
Nyonya Stela memiliki
taman bunga yang sangat indah. Berbagai macam bunga bermekaran di sana. Ada
mawar merah, anggrek putih, bunga matahari, serta anyelir. Hal yang paling
dibanggakan oleh Nyonya Stela adalah jam bunga yang dimilikinya. Bunga-bunga
yang memiliki waktu bermekaran berbeda-beda sehingga menunjukkan waktu.
Bunga Morning Glory
yang mekar sekitar pukul lima pagi dan menutup pada pukul 12 siang. Bunga
Dandelion yang mekar pada pukul tujuh pagi dan menutup pukul delapan malam.
Serta, bunga pukul empat yang seperti namanya, mekar pada pukul empat sore dan
menutup ketika menjelang pagi.
Nyonya Stela sangat
menyayangi taman bunga miliknya. Ia sangat senang mendengar pujian dari para
teman mengenai kehebatannya merawat taman bunga.
Suatu hari saat sedang
mencabuti rumput liar, seorang gadis kecil melintas di depan rumahnya. Seperti
biasa, Nyonya Stela dapat melihat kekaguman gadis kecil itu dengan bunga-bunga
yang ada di tamannya.
Nyonya Stela merasa
sangat bangga. Tapi, betapa terkejutnya dirinya ketika melihat gadis kecil itu
mencabuti beberapa bunga yang ada di tamannya.
“Apa yang kamu
lakukan?” teriak Nyonya Stela setengah berteriak.
Gadis kecil itu
terkejut dan segera berlari sambil membawa dandelion yang dipetiknya. Nyonya
Stela menghela napas.
“Dasar anak nakal.”
Kejadian itu terus
terulang selama beberapa hari. Nyonya Stela selalu mendapati beberapa bunga di
tamannya rusak dan hilang. Beberapa kali pula, Nyonya Stela hampir menangkap
gadis kecil yang mengambil bunganya. Namun, gadis kecil itu selalu bisa kabur
dan berlari cepat meninggalkan Nyonya Stela.
Lama kelamaan, Nyonya
Stela pun kesal. Ia pun menyusun suatu rencana untuk menangkap gadis kecil
perusak bunganya
Keesokan harinya,
Nyonya Stela bangun setengah jam lebih cepat. Ia menunggu kedatangan gadis
kecil itu di balik semak-semak. Saat gadis kecil itu datang dan mulai mencabut
bunga miliknya, Nyonya Stela menangkap tangannya.
“Kamu tertangkap,”
ucap Nyonya Stela dengan wajah marah. “Mengapa kamu mencabut dan memetik
bunga-bunga di taman ini?”
Gadis kecil itu
terkejut dan justru menangis. Nyonya Stela pun kebingungan. Akhirnya, Nyonya
Stela mengajak gadis kecil itu masuk kerumahnya.
Nyonya Stela
membiarkan gadis kecil itu duduk di sofa dan memberikannya susu hangat. Nyonya
Stela menunggu gadis kecil itu berhenti menangis.
“Maafkan aku,” isak
gadis kecil itu. “Aku tidak bermaksud untuk merusak bunga-bunga ini.”
“Namamu siapa?”
“Aku Meidy,” jawab
gadis kecil itu.
“Meidy, kenapa kamu
mencabuti bunga-bunga di taman ini. Apakah kamu tidak tahu bahwa mencabut paksa
bunga bisa merusak tanaman di sekitarnya?”
Meidy menggeleng.
Nyonya Stela menghela
napas. “Baiklah, kamu kumaafkan.”
“Terima kasih
Nyonya,” ucap Meidy dengan suara kecil. “Bolehkah aku meminta beberapa bunga di
tamanmu?”
“Tidak bisakah kamu
membelinya di toko bunga?” tanya Nyonya Stela penasaran.
“Harga bunga sangat
mahal. Aku tidak punya uang.”
“Kenapa kamu
membutuhkan bunga-bunga?”
Meidy kemudian
menangis lagi. Meidy bercerita bahwa ibunya sangat menyukai bunga. Maka dari
itu, ia pun mencari bunga untuk dibawakan pada ibunya yang saat ini sedang
dirawat di rumah sakit.
Nyonya Stela merasa
iba mendengar itu. Tapi, perbuatan Meidy juga salah karena sudah merusak dan
mencuri bunga tanpa ijin. Akhirnya, setelah berpikir, Nyonya Stela mendapat
jalan keluar.
“Baiklah, kamu bisa
mengambil bunga disini, tapi dengan syarat.”
“Syarat?”
Nyonya Stela
tersenyum dan kemudian memberitahukan syaratnya pada Meidy. Meidy pun tersenyum
dan mengangguk.
Syarat yang diberikan
oleh Nyonya Stela adalah agar Meidy membantunya untuk merawat taman bunga
miliknya. Sebagai imbalan, Meidy akan diberikan satu bunga setiap hari. Meidy
pun setuju dan merasa senang.
Selama seminggu,
Nyonya Stela dibantu oleh Meidy. Nyonya Stela sangat senang dengan kerja Meidy.
Pada suatu pagi,
Meidy datang terlambat. Nyonya Stela keheranan, tapi tetap menunggu kedatangan
Meidy.
“Nyonya Stela,”
teriak Meidy sambil memeluk Nyonya Stela.
“Meidy? Akhirnya kamu
datang juga,” balas Nyonya Stela. “Apa yang membuatmu terlambat?”
Meidy tersenyum. “Itu
karena aku harus menjemput ibuku dulu sebelum kemari.”
“Selamat pagi, Nyonya
Stela,” sapa seorang wanita cantik. “Aku Nyonya Marie. Terima kasih telah
menjaga Meidy selama ini.”
Nyonya Stela
menggeleng. “Tidak, aku tidak berbuat apapun.”
“Meidy menceritakan
semuanya pada saya,” senyum Nonya Marie. “Mengenai bunga-bunga yang ada di
taman anda dan bagaimana anda mengajarinya tentang tanaman. Saya bersyukur anda
membiarkan Meidy ikut membantu anda.”
“Mengapa?” tanya
Nyonya Stela kebingungan.
“Sebab, semenjak saya
masuk rumah sakit, Meidy terlihat kesepian,” ucap Nyonya Marie. “Tapi, sejak
seminggu yang lalu, Meidy kembali ceria dan bersemangat. Ini semua berkat
bantuan anda dan taman bunga indah ini.
Nyonya Stela hanya
tersipu malu.
“Nyonya Stela, aku
masih boleh untuk membantumu di sini?” tanya Meidy.
Nyonya Stela
mengangguk. Meidy memeluk Nyonya Stela, senang karena bisa tetap belajar
mengenai tanaman. Sementara, Nyonya Stela merasa senang bahwa taman bunga
miliknya bukan saja indah tapi juga bisa membuat seorang anak ceria.
0 Response to "Taman Bunga Nyonya Stela"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.