Dimuat di Majalah Bobo |
Kotak
Ceria
Oleh: Agnes Dessyana
“Gimana
Ran?”
Rani
mengamati kotak yang dipegang Susan. “Kamu yakin Helsa akansenang?”
“Tentu
saja,” ujar Susan.
“Hhm,
baiklah. Kalau kamu bilang begitu,” ucap Rani. “Aku setuju.”
“Oke,
mari kita mulai membuat Kotak Ceria!” seru Susan dengan semangat.
Rani
tertawa geli melihat kelakukan Susan. Mereka kemudian mulai menyusun rencana
bersama. Susan dan Rani menggunakan komputer, mulai mencari-cari di internet.
Kedua sahabat itu sibuk melihat gambar-gambar berbagai kreasi untuk mengisi
kotak ceria.
“Asik ya, melakukan ini,” ucap Rani
bersemangat. “Harusnya kita juga mengajak Helsa.”
“Ini kan misi rahasia, Ran!”
Rani menyengir. “Hehehehe….Aku lupa.”
Susan menepuk jidatnya. Keduanya mulai
bekerja kembali. Mereka menyusun daftar benda-bendauntuk menghias kotak ceria.
Setelah itu selesai, Susan pamit pulang pada Rani.
Keesokan
harinya di sekolah, saat Rani dan Helsa sedang mengobrol di kelas. Susan datang
menghampiri mereka.
“Ran,
aku nanti datang agak telat, ya!” kata Susan. “Aku diminta Ibu untuk mengantar
pesanan kue.”
Rani
mengangguk. Susan membalas dengan senyum. Setelah itu, Susan berjalan keluar
untuk kembali ke ruangan kelasnya. Susan memang berbeda kelas dengan Rani dan
Helsa.
“Kalian
ada janji apa?” tanya Helsa penasaran.
“Tidak
ada apa-apa,” jawab Rani singkat.
Helsa
tampak penasaran dengan jawaban Rani, tapi tidak mendesak lebih lanjut.
Ah,
cepatlah pulang sekolah. Aku tidak sabar untuk membuat kotak ceria itu. Pikir
Rani dalam hati saat menunggu bel pulang sekolah.
Kring….Bel berbunyi. Rani langsung
berlari keluar kelas. Ia bertemu Susan di depan gerbang. Mereka berjalan pulang
bersama.
“Rencana kita hari ini adalah menghias
kotak ceria,” ucap Susan. “Besok, kita baru mulai mencari isi kotaknya.”
“Baiklah, aku akan siapkan gunting, lem,
dan kertas warna. Nanti, kita kerjakan bersama setelah kamu selesai
mengantarkan pesanan kue.”
Susan mengangguk. Keduanya lalu berpisah
jalan. Setibanya di rumah, Rani segera menyiapkan barang-barang yang
diperlukan. Saat Rani asik melihat kreasi gambar di komputer, bel pintu
berbunyi. Susan sudah datang dan mereka mulai membuat berbagai macam bentuk
dari kertas warna.
Kegiatan itu terus berlanjut selama
beberapa hari. Setelah selesai menghias kotak, mereka mulai mencari-cari isi
untuk kotak ceria. Rani dan Susan bingung menentukan isi kotak ceria.
“Bagaimana jika ini saja?” Rani menunjuk
boneka beruang.”
Susan mendecak kesal. “Rani, boneka itu
tidak mungkin muat.”
“Hm, kalau begitu bagaimana dengan gelas
ini?”
Dahi Susan berkerut kesal. “Itu jelek!”
Rani mulai ikut kesal karena Susan
menolak semua ide yang diberikannya. Padahal Susan juga tidak memberikan ide.
Saat mereka masih bertengkar, sebuah suara memanggil mereka.
“Rani, Susan, sedang apa kalian disini?”
Keduanya terkejut dan terdiam.
“Kami mau membeli sesuatu,” jawab Susan
singkat.
“Membeli apa?” tanya Helsa.
Rani dan Susan kembali diam. Mereka
tidak tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba, Helsa bertanya lagi.
“Mau kubantu?”
“Tidak usah!” seru keduanya bersamaan.
“Oh, baiklah. Kalau begitu, aku pulang
dulu.”
Rani dan Susan hanya mengangguk. Saat
Helsa sudah tidak terlihat, keduanya saling menatap.
“San, kuharap Helsa tidak marah pada
kita,” gumam Rani perlahan.
“Iya,” jawab Susan singkat.
Keduanya lalu melanjutkan untuk membeli
barang-barang. Pertengkaran mereka terlupakan demi mencari benda yang tepat
untuk Helsa. Setelah berkeliling toko selama dua jam, mereka menemukan barang
yang sesuai.
Rani dan Susan lalu menghias benda-benda
itu sebelum dimasukkan ke dalam kotak. Akhirnya, selesai juga kotak ceria yang
mereka buat.
Keesokan harinya, tepat pukul 10 pagi,
Rani dan Susan sudah tiba di depan rumah Helsa. Hari ini sekolah libur sehingga
mereka bisa datang lebih cepat. Mereka menekan bel pintu. Begitu Helsa membuka
pintu, keduanya langsung berseru.
“Helsa,
selamat ulang tahun!”
Helsa
mengucapkan terima kasih. Ia kemudian mengajak keduanya masuk ke dalam.
“Kupikir,
kalian tidak ingat,” ucap Helsa dengan sedih.
“Kenapa
kamu berpikir seperti itu?” tanya Rani.
Helsa
kemudian menceritakan kegelisahan dan kesedihannya selama beberapa hari yang
lalu. Setelah selesai mendengarkan, Rani dan Susan menunduk.
“Helsa,
kami tidak benci padamu. Kami hanya sedang sibuk menyiapkan ini,” ucap Susan
sambil menyerahkan sebuah kotak yang dilapisi dengan kertas bergambar hati dan
pita-pita di sekelilingnya.
“Apa
ini?”
“Hadiah
ulang tahun,” ucap keduanya berbarengan.
Helsa
kemudian membuka kotak itu dan menangis. Di dalam kotak terdapat berbagai macam
permen, kertas catatan berbentuk bintang, jepit rambut yang lucu, buku album
kenangan, serta dua surat dari sahabatnya.
“Helsa,
kenapa kamu menangis?” tanya Rani panik. “Susan, apa yang harus kita lakukan?”
Susan
juga kebingungan. “Kotak ini namanya kotak ceria. Harusnya kamu tertawa
bukannya menangis.”
“Ini
bukan tangis sedih,” ucap Helsa.“Ini tangis bahagia. Terima kasih atas kado
yang indah,” senyum Helsa.
Rani dan
Susan tersipu malu. Ketiganya saling berpelukan dan tertawa bersama. Rani dan
Susan senang karena hadiah mereka sukses membuat Helsa ceria. Sementara, Helsa
tersenyum lebar karena memliki dua sahabat yang paling hebat. Hari itu menjadi
hari yang tidak terlupakan bagi ketiganya.