Dimuat di Majalah Bobo no 47, 2 Maret 2017 |
Ramuan Istimewa Grotto
Melia Sastia
Hoek. Hoek. Hoek.
Terdengar suara dari kamar Grotto. Anak laki-laki yatim
piatu itu merasakan mual dan mulas di perutnya. Kakek bergegas menuju kamar
Grotto. Digosoknya perut dan punggung cucu kesayangannya itu dengan minyak
angin.
“Bagaimana? Terasa lebih baik?” tanya Kakek. Grotto
mengangguk pelan
“Aku mau izin tidak sekolah lagi ya, Kek..” pinta Grotto
sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok
“Kamu sudah dua hari tidak sekolah, Grotto. Lagi pula
sebentar lagi ujian. Bagaimana kalau sampai tidak naik ke kelas 4?” tanya
Kakek.
“Biar saja, Kek. Aku lebih suka di rumah,” kata Grotto
lagi.
“Kakek akan buatkan sesuatu untukmu. Tunggu ya..” kata
Kakek seraya berjalan menuju dapur. Tak lama kemudian Kakek kembali dengan
membawa segelas air putih.
“Apa itu, Kek?” tanya Grotto.
“Ini ramuan penyemangat, Grotto. Siapapun yang
meminumnya, ia akan menjadi sehat dan bersemangat. Ayo minumlah,” kata Kakek.
Grotto mengambil gelas itu dari tangan kakeknya.
Glek. Grotto tidak merasakan apa-apa.
Glek. Glek. Glek. Seketika Grotto merasa tubuhnya begitu
segar. Mulas dan mual tidak lagi dirasakannya. Ia segera bangkit dari tempat
tidur.
“Kakek memang tabib hebat! Aku jadi merasa sehat. Aku mau
sekolah, Kek..” kata Grotto kemudian. Kakek tersenyum melihat tingkah Grotto.
Di sekolah, Grotto merasa sangat bersemangat. Tidak
seperti sebelumnya, ia dengan mudah mampu memahami semua penjelasan gurunya.
Bahkan saat pelajaran berhitung, Grotto mampu menjawab semua soal yang
diberikan. Grotto biasanya selalu kena omel, tapi kali ini gurunya berulang
kali memujinya. Ah, bukan main bangganya Grotto.
Pulang sekolah, Grotto bertemu dengan Lionel, anak paling
bandel di sekolah.
“Berikan uangmu!” bentak Lionel seraya mencengkeram kerah
baju Grotto. Karena ketakutan, Grotto memberikan uangnya begitu saja pada
Lionel.
“Besok lagi ya. Hahaha..” kata Lionel seraya meninggalkan
Grotto yang hampir menangis.
Grotto berlari pulang. Ia menceritakan apa yang
dialaminya pada kakeknya.
“Pokoknya aku besok tidak mau sekolah,” kata Grotto
sambil terisak.
“Kalau kamu tidak sekolah, apakah Lionel akan berhenti
mengganggumu?” tanya Kakek. Grotto diam. “Lalu, kalau nilaimu jelek karena
sering tidak masuk sekolah, apakah Lionel bisa membantumu?” Lagi-lagi Grotto
diam. “Lagi pula, Kakek juga sudah mengajarimu bela diri, bukan?”
“Tapi aku selalu takut saat berhadapan dengan Lionel,
Kek..” keluh Grotto.
“Kalau begitu, besok pagi sebelum berangkat sekolah kamu
harus minum ramuan pemberani buatan Kakek.”
“Supaya apa, Kek?”
“Tentu saja supaya kamu menjadi berani..”
***
Keesokan pagi sebelum sekolah, Grotto meminum ramuan
pemberani buatan Kakeknya. Dengan penuh percaya diri Grotto melangkah menuju
sekolah.
Dalam perjalanan, Grotto melihat Lionel sedang diganggu
oleh seorang pemuda. Ia tampak memukul dan membentak Lionel. Grotto tidak suka
pada Lionel karena kerap mengganggunya dan teman-temannya. Tapi Grotto merasa
kasihan pada Lionel. Lagi pula bukankah tadi pagi ia sudah meminum ramuan
pemberani?
Grotto mendekati pemuda itu. Dengan lantang ia memintanya
untuk menjauhi Lionel. Pemuda itu marah, lalu mengayunkan tangannya hendak
memukul Grotto. Dengan gesit Grotto menangkap tangan pemuda itu lalu
menghempaskan tubuhnya ke tanah. Pemuda itu meringis menahan sakit lalu kabur
meninggalkan Lionel dan Grotto.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Grotto. Lionel mengangguk.
“Terima kasih sudah menolongku,” kata Lionel. “Pemuda itu
kerap meminta uangku dengan paksa, makanya aku selalu kehabisan uang. Ia bahkan
tak segan-segan memukul. Itu sebabnya aku sering meminta uang pada teman-teman
di sekolah,” jelas Lionel dengan kepala tertunduk. “Aku minta maaf ya,
Grotto..” lanjut Lionel.
“Tidak apa. Aku sudah memaafkanmu. Sekarang ayo kita
cepat-cepat ke sekolah sebelum terlambat,” kata Grotto.
“Ayo! Tapi ngomong-ngomong, aku baru tau kalau kau bisa
bela diri..” sahut Lionel. Grotto nyengir.
***
Sepulang sekolah, Grotto menceritakan semua yang
dialaminya hari itu pada Kakeknya.
“Aku jadi penasaran, apa sebenarnya isi ramuan istimewa
yang Kakek berikan padaku. Apakah Kakek mau memberitahuku?” tanya Grotto.
“Tentu saja, Grotto. Ayo ikut Kakek..”
Grotto berjalan ke dapur mengikuti kakeknya. Ia melihat
Kakek menuang air putih dari teko ke dalam sebuah gelas kaca.
“Ramuan penyemangat dan ramuan pemberani itu sebenarnya
hanya air putih biasa. Bukan ramuannya yang istimewa, tapi kamulah yang
istimewa, Grotto..” kata Kakek. Grotto tertegun.
Ia memang selalu merasa mulas dan mual tiap pagi karena
takut menghadapi pelajaran di sekolah. Tubuhnya juga lemas tiap berhadapan
dengan siapa pun yang ditakutinya. Tapi ketika ia merasa bersemangat, semua
pelajaran dengan mudah bisa dipahaminya. Begitu pula saat ia menghadapi orang
yang ditakutinya. Ah, Grotto baru sadar. Ternyata ramuan istimewa itu ada dalam
pikirannya sendiri.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Delete