Dimuat di Majalah Bobo edisi 47, 2 Maret 2017 |
Meru Semut Merah
Oleh: Agnes Dessyana
“Meru,
ikut kami mengumpulkan makanan,” ajak Emu, sahabatnya.
“Malas
ah. Aku ngantuk.”
Emu
menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan Meru. Meru adalah seekor semut
merah yang terkenal sangat malas. Ketika teman-temannya mencari gula atau
makanan manis lainnya, Meru hanya tidur. Tetapi, ketika teman-temanya datang
membawa makanan, Meru selalu makan paling banyak.
Berkali-kali
Meru telah ditegur oleh Ratu Semut Merah dan Emu.Tetapi Meru tetap tidak mau
ikut mencari makanan. Para semut merah lain sudah sangat kesal dengan kelakuan
Meru, tapi masih mencoba bersabar.
Suatu
ketika, tibalah musim hujan yang berkepanjangan. Kawanan semut merah mulai
sulit mencari makanan dan persediaan makanan juga mulai habis.
“Kita
harus berjuang lebih keras untuk mencari makan,” ujar Ratu Semut Merah. “Akan
berbahaya jika kita sampai kehabisan makanan.”
Para
semut merah mengangguk setuju dan berjanji untuk bekerja lebih keras. Semua
sangat antusias untuk mencari makanan lebih rajin. kecuali Meru, si pemalas. Meru terus saja mengerutu.
Bekerja
keras adalah hal yang sangat tidak menyenangkan bagi Meru.Meru hanya ikut pergi
untuk mendapat santapan pertama dari makanan yang didapatkan oleh
teman-temannya.
Suatu siang, saat Meru sedang
berjalan-jalan di bawah pohon, ia melihat sekelompok semut hitam sedang
menyantap kue manis.
Sepertinya enak. Pikir Meru. Aku ingin
sekali mencoba kue itu. Tapi, bagaimana caranya.
Di saat itu, Meru melihat seorang
manusia lelaki merokok di samping pohon. Ia melihat banyak debu-debu hitam
jatuh dari puntung rokok yang dihisapnya. Sebuah ide muncul dalam otak Meru.
Meru perlahan berjalan ke atas debu
rokok dan melapisi badannya yang merah. Ia pun berubah menjadi seperti seekor
semut hitam.
Meru kemudian mendekati kawanan semut
hitam yang sedang menyantap kue manis.
“Hai, boleh aku ikut bergabung?” sapa
Meru.
Para semut hitam itu saling berpadangan.
Mereka mendekatkan diri pada Meru dan menggosok-gossokkan sungut mereka. Tanda
perkenalan pada semut baru.
Kawanan semut hitam itu memperbolehkan
Meru ikut makan. Meru makan dengan lahap.Setelah selesai makan, ia pergi
meninggalkan kawanan semut hitam. Ia kembali ke liang rumahnya dan tidur.
Keesokan harinya, hal yang sama
dilakukan Meru. Ia menyamar untuk mengelabui kawanan semut hitam. Beberapa
kali, Meru melakukan hal itu demi mendapat makanan gratis.
Meru sangat senang. Ia bisa tetap
bersantai dan mendapat makanan enak. Namun, kejadian itu tidak berlangsung
lama. Pada suatu siang saat ia menyamar, nasib sial mendatanginya.
Saat sedang menikmati makanan, setetes
embun menyiram badan Meru. Debu yang melapisi tubuhnya luntur dan badannya
berubah merah.
“Kamu bukan kawanan kami!” seru salah
satu semut hitam.
Semut hitam yang lain juga marah. “Kamu
telah menipu kami.”
Kawanan semut hitam itu marah dan
melaporkan Meru pada Ratu Semut Merah.
Ratu Semut Merah marah. “Meru, kamu
sangat tidak setia. Saat teman-temanmu bersusah payah mencari makan, kamu malahmenipu
semut hitam.”
Meru hanya menunduk. Ia akhirnya diusir
dari kawanan semut merah.
Sejak saat itu, Meru hidup sendirian.Tidak
ada yang mau menemani semut merah yang pemalas. Ia sekarang harus bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Ia mencari makan sendirian dan tidur
sendirian.
Meru yang dulu malas sekarang berubah
menjadi semut yang rajin dan giat bekerja. Ia sekarang tahu pentingnya bekerja
keras demi mendapatkan makanan. Satu hal yang kurang adalah Meru merasa sangat
kesepian. Meru rindu dengan teman-temannya, terutama Emu, sahabatnya. Tapi, ia
tidak berani untuk kembali ke liang lamanya.
Mereka terlihat sangat gembira bersama.
Aku menyesal telah bersikap jahat pada mereka. Pikir Meru dengan sedih sambil
menatap Emu yang sedang mengangkut nektar bersama dengan beberapa semut merah
lain.
Kebetulan Emu melihat tatapan Meru. Emu pun
menjadi iba pada sahabatnya. Emu pun mendekati Meru.
“Meru, bagaimana kabarmu?”
“Aku baik,” jawab Meru singkat.
Meru baru akan pergi meninggalkan Emu
ketika Emu menahannya.
“Kamu mau ikut bergabung lagi dengan kami?”
Meru menatap Emu. “Apakah bisa?”
Emu menatap teman-teman semut merah
lain. Awalnya, mereka enggan tapi akhirnya setuju karena merasa kasihan dengan
Meru. Kawanan semut merah itu kemudian meminta persetujuan dari Ratu Semut
Merah.
“Baiklah, Meru boleh kembali ke liang
ini,” ujar Ratu Semut Merah. “Tapi, ia harus berjanji untuk tidak malas lagi.”
Meru mengangguk. Ia merasa bahagia
ketika diterima oleh teman-temannya. Ia tidak lagi hidup sendirian. Ia kini
bekerja dengan rajin bersama teman-temannya. Meru, si pemalas telah berubah.
Dalam hatinya, ia berjanji untuk tidak pernah malas lagi.
0 Response to "Meru Semut Merah"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.