Dimuat di Majalah Bobo |
Misteri Rumah Kaca
Melani
Putri
Phil menarik selimutnya rapat-rapat.
Perlahan diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 11.30 malam. Bayangan
pohon cemara menari-nari di dinding kamarnya. Kriit..sesekali bunyi derit
terdengar samar dari rumah kaca di halaman belakang. Masih jelas di mata Phil
bayangan yang baru saja dilihatnya di rumah kaca. Ia bisa mengintip bangunan
tua itu dari jendelanya.
Siapa malam-malam begini di rumah
kaca? Gumam Phil sambil menggigil. Ia urungkan niatnya untuk membangunkan Bibi
Clara dan Nenek Emma. Mereka pasti sudah tertidur lelap, pikirnya. Lewat dari
tengah malam Phil baru berhasil tidur.
“Pagi Phil,” sapa Bibi Clara. Di
dapur, Nenek sedang menyiapkan bubur ayam kesukaan Phil. Ia sangat senang jika ada cucunya yang datang
menginap di rumahnya. “Kok seperti masih mengantuk?” Tanya Bi Clara.
“Pagi Bi,” jawab Phil sambil
mengucek mata. Ia lalu bercerita mengenai peristiwa semalam.
“Hmm aneh,” ujar Bibi Clara. “Sejak
kakek meninggal setahun yang lalu, rumah kaca itu tidak ada yang mengurus.”
sambungnya. Di rumah ini Nenek Emma hanya tinggal berdua dengan Bibi Clara yang
belum menikah. Bibi Clara adalah adik ayah Phil, mereka hanya dua bersaudara.
“Pagi ini aku akan mengecek ke sana,” ujar Phil.
“Boleh saja, tapi semalam anginnya
memang kencang. Mungkin yang kamu lihat cuma bayangan pohon yang bergerak.”
Bibi Clara pamit berangkat kerja. Biasanya ia baru akan pulang setelah jam
makan malam.
Phil menatap bangunan rumah kaca di
hadapannya. Dinding kacanya buram berlapis debu. Tanaman rambat menjalar liar
menutupi sisi sampingnya. Semasa hidupnya, kakek Phil sangat suka berkebun.
Dulu saat masih kecil, Phil sering bermain di rumah kaca ini.
Ragu-ragu Phil berjalan mendekat.
Tiba-tiba ia melihat bagian bawah pintu kaca pecah. Nampaknya masih baru, gumam
Phil mengamati kaca yang berserakan.
“Aku bisa membantu memperbaiki,”
tiba-tiba suara berat terdengar. Phil meloncat saking kagetnya. Ia berpaling
dan melihat sosok berjanggut sudah berdiri di belakangnya.
“Astaga, Pak Ronal!” seru Phil.
“Maaf, tadi saya sudah memanggil
dari depan. Mungkin kamu tidak mendengar.” Pak
Ronal menuju ke gudang kecil dan mengambil kotak alat. Dengan cekatan ia
menutup bagian bawah pintu kaca dengan papan tipis. Pak Ronal adalah teman
Kakek Phil. Dulu ia sering datang dan membantu Kakek merawat tanaman di rumah
kaca. “Aku bermaksud menemui Clara,” ujarnya.
“Bibi sudah berangkat kerja,” sahut
Phil.
“Sayang
sekali, harusnya rumah kaca ini bisa dimanfaatkan.” Seru Pak Ronal seakan tidak
mendengar jawaban Phil.
Phil
mengamati lelaki tua itu. Pak Ronal tinggal di sebelah rumah. Ia juga sangat
hapal dengan rumah kaca ini. Mungkinkah yang semalam ia lihat adalah bayangan
Pak Ronal?
Jam
menunjukkan pukul 11 malam. Sebentar-sebentar Phil mengamati rumah kaca dari
balik jendelanya. Tiba-tiba ia melihat sekilas bayangan bergerak di sana. Phil
bergegas ke kamar Bibi Clara dan mengetuk pintunya. Siang tadi Phil sudah
menelepon bibi dan menceritakan tentang kaca yang pecah serta Pak Ronal yang
mencurigakan. Bibi Clara menyetujui rencananya, mereka akan menguak misteri
bayangan di rumah kaca.
Lampu
senter Phil menyorot pintu kaca yang sedikit terbuka. Perlahan-lahan ia masuk
ke dalam. Bibi Clara bersiaga di luar pintu sambil bersiap menelepon polisi
dengan ponselnya.
Phil
mematikan senter. Ia bisa melihat isi ruangan itu samar-samar. Sinar bulan
purnama menerobos masuk melalui atap rumah kaca. Beberapa rak kayu berisi pot
kosong berdiri di sisi ruangan. Seketika ia menatap bayangan sedang duduk di
kursi di tengah ruangan. Phil tercekat dan tanpa sengaja tangannya menyenggol pot yang
ada di sebelahnya. Bruk!
“Siapa
itu?” seru bayangan tadi. Phil kaget mendengar suara yang tidak asing di
telinganya.
“Nenek?”
seru Phil.
Bibi
Clara berlari masuk. Mereka menghampiri nenek yang sama terkejutnya.
“Ibu
sedang apa?” tanya Bibi Clara.
“Sedang
melihat bintang” jawab Nenek. “Saat langit terang, kadang ibu ke sini untuk mengenang Ayahmu” sambungnya
sambil menitikkan air mata.
Bibi
Clara memeluk nenek sambil menangis. Phil merasa sedih sekaligus lega, karena
bayangan yang dilihatnya ternyata adalah neneknya sendiri. Kaca yang pecah pun
akibat terbentur tongkat nenek. Rupanya sejak ditinggal kakek, nenek sangat
kesepian.
Pagi
ini Bibi Clara yang membuat sarapan. Nenek Emma duduk menikmati tehnya di teras
depan. Liburan Phil di rumah Nenek akan segera berakhir. Ia sedang menunggu
ayah dan ibu datang menjemputnya.
Pak
Ronal datang bersama istrinya. Siang hari Ia akan bekerja merawat rumah kaca
peninggalan kakek. Istrinya akan bekerja membantu sekaligus menemani nenek di
rumah. Phil merasa bersalah sudah sempat mencurigainya. Ternyata kemarin Pak
Ronal bermaksud menceritakan ke bibi Clara bahwa ia melihat nenek berjalan ke rumah kaca tengah
malam.
“Jangan
khawatir, Phil” seru Bibi Clara. “Mulai sekarang, Bibi akan pulang kerja lebih
cepat, agar bisa menemani Nenek
makan malam. Bibi juga akan lebih sering mengajak Nenek berjalan-jalan,” ucapnya tersenyum.
Phil merasa lega, dalam hati ia juga berjanji akan lebih sering datang ke sini
mengunjungi neneknya.