Dimuat di Majalah Bobo |
Magenta
Oleh :
Riska Aryati
Desa Willow
akan mengadakan perlombaan bakat tahunan minggu depan. Setiap penyihir sangat
bersemangat mengikutinya, termasuk Magenta. Hanya saja, ia tidak tahu harus
menampilkan apa.
Magenta
membawa keranjang dan sapu terbangnya. Ia berniat mengajak Rosa dan Viola,
sahabat-sahabatnya, untuk pergi ke hutan mencari tanaman obat.
Ia mengetuk
pintu rumah Rosa, "Rosa, mau ke hutan bersamaku?"
Rosa
menggeleng. "Tidak ah. Aku mau melatih suaraku lagi."
Magenta
mengangguk setuju, "Tentu saja, suaramu sangat indah, Rosa. Tapi jangan
berlebihan, nanti suaramu bisa serak saat perlombaan minggu depan."
Rosa tersenyum
pada Magenta. “Baiklah, Magenta. Terima kasih sudah mengingatkan aku, ya.”
Magenta
tersenyum. “Sama-sama, Rosa. Aku pergi dulu, ya!”
Magenta
menaiki sapu terbangnya. Ia terbang menuju rumah Viola di tepi hutan.
"Viola, mau menemaniku mencari tanaman obat di hutan?"
Viola
keluar rumah membawa sapu terbangnya, namun ternyata Viola menggeleng.
"Tidak, Magenta. Aku mau melatih putaranku di udara."
Magenta
mengangguk paham. Ia bertambah kecewa, karena harus sendirian ke hutan. Viola
memang akan menunjukkan bakat minggu depan. "Kamu sangat hebat dengan sapu
terbangmu, Viola. Hati-hati saat berlatih, ya.
“Baik, Magenta!
Aku akan berhati-hati.”
Magenta
memasuki hutan dan memenuhi keranjangnya dengan dedaunan dan kulit kayu. Setelah
itu, Magenta bersiap kembali pulang ke rumahnya.
“Aduuuh...!”
tiba-tiba Magenta mendengar suara mengaduh. Ia segera mencari darimana asal
suara itu.
"Ya
ampun, Nenek Prilla, ada apa?" Magenta menghampiri Nenek Prilla yang tampak
sangat kesakitan.
"Perutku
sakit sekali.."
Magenta
mengamati beberapa buah beri yang tergeletak di tanah. "Nenek makan buah
beri ini?"
Nenek
Prilla mengangguk.
Magenta
mengambil alat tumbuknya dan botol kecil dari keranjang. "Ini beri
beracun, Nek. Sebentar Magenta buatkan penawarnya." Magenta mengambil
beberapa daun obat dan menumbuknya. Ia lalu memberikan cairan hasil tumbukan
kepada Nenek Prilla.
"Diminum
sekarang, Nek. Nanti Magenta buatkan lagi untuk diminum di rumah."
Nenek
Prilla tersenyum, "Terimakasih Magenta, kamu baik sekali.
“Sama-sama,
Nek! Mari, aku bantu Nenek sampai ke rumah!”
***
Saat hari
perlombaan, Magenta menghampiri rumah Rosa untuk mengajaknya pergi bersama. Namun
rumah Rosa sepi sekali. Magenta memanggil sahabatnya. "Rosa, mau pergi
bersamaku ke perlombaan?"
Kriet
Pintu rumah
terbuka, Rosa terlihat sangat sedih sekali. "Aku tidak ikut, Magenta.
Tenggorokanku sakit.." ujarnya dengan suara parau.
"Oh,
ya ampun. Sebentar kubuatkan ramuan untukmu, ya." Magenta mengeluarkan isi
keranjangnya dan mulai meramu obat untuk Rosa.
Rosa
meminum ramuan tersebut sekali teguk. "Terimakasih, Magenta. Tenggorokanku
terasa lebih baik. Seharusnya aku mendengarkan saranmu."
"Sudahlah,
Rosa. Ayo kita jemput Viola."
Mereka
mengetuk pintu rumah Viola. Terdengar seruan Viola dari dalam rumah.
"Masuk saja, tidak dikunci!"
Magenta dan
Rosa masuk, mereka terkejut melihat Viola yang sedang duduk di sofa. Wajahnya
pucat, "Kaki dan tanganku terkilir saat melatih putaran sapu terbangku."
Sesal Viola.
"Sebentar
kubuatkan ramuan untuk bengkak di tangan dan kakimu." Magenta mengeluarkan
kulit kayu dan beberapa dedaunan. Ia lantas menumbuk bahan-bahan dengan cepat.
Segera saja ramuan obat untuk Viola selesai. Magenta mengoleskan ramuan
tersebut lantas mebebat tangan dan kaki Viola.
"Sudah.
Bagaimana jika kita pergi ke perlombaan?" usul Magenta.
Rosa dan
Viola saling berpandangan, mereka menggeleng bersamaan.
"Tidak
ah, Magenta. Percuma saja kami datang."
"Ayolah,
meski kita tidak ikut perlombaannya, tapi kita bisa menonton. Pasti seru."
Bujuk Magenta.
Rosa.dan
Viola akhirnya setuju.
Magenta,
Rosa, dan Viola menaiki sapu mereka dan terbang perlahan. Mereka tiba di tempat
perlombaan lebih lambat, dan mereka sangat terkejut.
Para
penyihir di tempat tersebut sebagian besar merintih kesakitan. Rupanya sihir
salah satu peserta merusak sarang-sarang tawon dan membuat tawon-tawon
menyerang para peserta.
Magenta
bergegas memeriksa para penyihir. Ia lalu membuat ramuan penawar sengatan
tawon.
"Rosa,
Viola, tolong berikan ramuan ini kepada penyihir yang terkena sengatan,
ya." ujar Magenta.
Rosa dan
Viola mengangguk dan membantu Magenta.
Tak lama
seluruh penyihir telah merasa baikan.
Nenek
Prilla nampak berbicara dengan beberapa penyihir lainnya. Ternyata Nenek Prilla
adalah salah satu juri perlombaan, dan para juri sepakat menjadikan Magenta
sebagai pemenang lomba.
"Magenta,
bakatmu sungguh berguna. Kami sepakat menjadikanmu pemenang perlombaan dan
mengangkatmu menjadi tabib di desa Willow." ujar Nenek Prilla dan juri
lainnya.
Magenta
sangat senang, ternyata ia memiliki bakat spesial yang menjadikannya berguna
bagi banyak orang. Magenta berjanji, akan melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya.
***