Ide cerita Roti 3 + 3 ini saya dapatkan ide dari judul. Jadi ide cerita itu, termasuk cerita anak itu bisa didapat darimana saja. Nah, karena idenya dari judul, saya mempertahankan judulnya, lalu fokus memikirkan pengembangan alur ceritanya. Untuk pengembangan beberapa ide, bisa mampir ke sini, yuk!
Nah, inilah cerita lengkapnya Toko Roti 3+3. Behasil dimuat di majalah Bobo. Selamat membaca, dan semoga menginspirasi teman-teman agar terus semangat menulis cerita anak.
Toko Roti 3+3
Oleh : Bambang Irwanto
Nyonya Shela baru sehari pindah ke kota Wina. Pagi itu, ia berniat membeli roti, karena kebetulan persediaan sudah habis. Kelly dan Demisa, dua puteri kembarnya sudah merengek minta roti bakar isi selai kacang. Pak Ronal pun sibuk menenangkan Kelly dan Demisa.
Nyonya Shela bergegas keluar rumah. Setelah mengecup pipi Kelly dan Demisa. Nyonya Shela mengambil mantel tebalnya yang tergantung di balik pintu. Tidak lupa ia memakai syal dan sarung tangan.
Cuaca memang sangat dingin. Musim dingin belum berlalu dan salju masih turun. Nyonya Shela menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sampai terus mengamati toko-toko di sepanjang jalan yang ia lewati.
“Maaf, Nyonya!” panggil Nyonya Shela pada seorang wanita yang melintas di dekatnya.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Nyonya itu.
“Saya baru pindah dan sedang mencari toko roti terdekat,” jawab Nyonya Shela.
Nyonya itu tersenyum. “Oh, berjalanlah lurus. Kira-kira 10 meter, belok kiri. Nah di ujung jalan itu ada sebuah toko roti.”
Nyonya Shela senang sekali. setelah mengucapkan terima kasih, ia bergegas menuju toko roti yang dimaksud. Salju turun semakin lebat. Nyonya Shela mengencangkan syalnya.
“Toko Roti 3+3???” kening Nyonya Shela berkerut saat mambaca papan nama toko Roti itu. Ia bergegas masuk.
“Selamat pagi, Nyonya! Saya William pemilik toko roti ini,” seorang Bapak menyambut ramah Nyonya Shela. Sebagian rambutnya sudah putih, tapi ia terlihat sehat dan bugar.
“Selamat pagi, Pak William. Saya Shela. Saya baru pindah ke kota ini,” jawab Nyonya Shela. “Ada roti apa saja, Pak?”
“Kami hanya menjual 3 macam roti,” Pak William menunjuk 3 etalase kecil di depannya.
Nyonya Shela melihat isi etalase. Benar, hanya ada 3 macam roti. Ehm, pantas saja namanya toko roti 3 + 3, karena rotinya hanya 3 macam, gumam Nyonya Shela. Lalu yang + 3 itu apa, ya? pikir Nyonya Shela.
“Saya ingin masing-masing dua roti ya, Pak!”
“Baik, Nyonya,” Pak William segera mengambil kantong kertas tempat roti.
Hasyiiiin... tiba-tiba Nyonya Shela bersin. Terdengar keras sekali.
“Ada yang sakit?” tiba-tiba seorang Ibu keluar dari pintu di sebelah kanan toko. “Saya Patty. Ada yang bisa saya bantu?”
“Maaf, Nyonya Patty. Saya agak kedinginan,” Nyonya Shela tersipu malu.
Nyonya Patty buru-buru mengambil tissue dari laci bawah meja kasir dan segera memberikan pada Nyonya Shela.
“Grace....bisa kemari sebentar!” panggil Nyonya Patty.
Tidak lama seorang gadis muncul. Wajahnya manis dan rambutnya kemerahan. Ia tersenyum ramah pada Nyonya Shela dan Nyonya Patty.
“Ada apa, Nyonya Pat?” tanya Grace.
“Tolong kamu buatkan secangkir cokelat panas, ya!” pinta Nyonya Patty. Grace mengangguk lalu bergegas ke belakang.
“Aduh, saya jadi merepotkan Nyonya Patty.”
“Tidak apa-apa. Saya justru sedih, bila Nyonya sakit setelah pulang membeli roti,” jawab Nyonya Patty.
Tampak Grace sudah kembali. Ia membawa nampan berisi secangkir cokelat panas. Asapnya masih mengepul-ngepul dan aromanya sangat harum. Grace meletakkan cangkir cokelat itu di meja bundar di sudut toko.
“Silahkan, Nyonya!” Grace mempersilahkan.
“Terima kasih, Grace!” ucap Nyonya Shela.
“Sama-sama, Nyonya!”
Nyonya Shela pelan-pelan meminum cokelatnya. Benar saja, badan Nyonya Shela sedikit hangat.
Nyonya Shela dan Nyonya Patty lalu berbincang sejenak.
“Jadi toko roti ini hanya dikelola 3 orang, Nyonya Pat? Tanya Nyonya Shela.
“Betul, hanya saya, suami saya dan Grace,” jawab Nyonya Patty.
Nyonya Shela mengangguk mengerti. Ia teringat lagi soal nama toko roti 3+3 itu. Ehm, mungkin +3 itu berarti 3 orang. Tapi bisa juga hanya 3 etalase? pikir Nyonya Shela lagi.
Pak William menghampiri Nyonya Shela. Di tanganya ada 3 kantong roti.
“Nyonya, ini rotinya,” Pak William tersenyum sambil menyerahkan kantong roti pada Nyonya Shela.
“Terima kasih, Pak William. Berapa semua harga rotinya?”
“7 dollar, Nyonya!” jawab Pak William.
“Wah, kok murah sekali?” Nyonya Shela terkejut. “Di kota saya dulu, harganya 15 dollar.”
“Kami sengaja menjual roti dengan harga murah, Nyonya Shela!” Jawab Pak William.
“Tapi tentu saja rasanya enak dan bergizi.”
“Kami ingin semua orang bisa menikmati roti buatan kami dengan harga terjangkau,” tambah Nyonya Patty.
Nyonya Shela mengeluarkan dompetnya dari saku mantelnya, lalu menyerahkan 10 dollar. Pak William segera mengembalikan 3 dollar. Nyonya Shela memasukkan kembali dompetnya.
“Terima kasih, Pak William, Nyonya Patty dan Grace,” Nyonya Shela bergegas pulang.
Salju turun semakin tebal. Nyonya Shela mempercepat langkahnya. Untung saja Pak Ronal masih libur kerja, jadi Nyonya Shela tidak kuatir meninggalkan Kelly dan Damiza.
“Nyonya Shela... tunggu!”
Tiba-tiba ada yang memanggil. Nyonya Shela berhenti dan menoleh ke belakang. Tampak Grace berlari menghampirinya.
“Ada apa, Grace?” Nyonya Shela heran.
“Dompet Nyonya terjatuh di depan toko,” Grace menyerahkan dompet kecil warna biru.
“Wah, terima kasih, Grace! Pasti tadi aku tidak memasukkan dalam-dalam ke saku mantel.”
“Sama-sama, Nyonya!”
Nyonya Shela bergegas pulang. Ia bahagia sekali.
Ehm, kini aku tahu arti nama toko Roti 3+3 itu. + 3 itu adalah Keramahan, kebaikan dan kejujuran. Aku akan jadi pelanggan setia toko roti 3+3, gumam Nyonya Shela sambil kembali melangkah menuju rumahnya.