Bedah Naskah Cerita Anak - Hujam Jamur Tiram - Salam SaKurTa (Sahabat Kurcaci Pos)..
Apa kabar semua? Semoga sehat selalu ya, dan terus bersemangat menulis.
Apa kabar semua? Semoga sehat selalu ya, dan terus bersemangat menulis.
Kurcaci Pos hadir lagi nih, dalam rubrik Bedah Cerita Anak. Kali ini ada cerpen Kak Herva Yulyanti yang berjudul Hujan Jamur Tiram. Ceritanya Kinan yang ingin sekali makan keripik jamur tiram.
Nah, bagaimana hasil bedah cerpen ini? Yuk, disimak. Untuk bedah naskah cerita anak lainnya, SaKurta bisa simak di sini, ya... Klik saja.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Naskah Asli :
Hujan Jamur Tiram
“Kakak, aku ingin makan keripik itu,” Kinan menunjuk pada Dinda yang sedang mengambil lembaran daun pisang di warung Abah.
“Keripik Jamur tiram itu dek” jawabku. Aku pernah melihat penjual jamur tiram di depan sekolah beberapa hari lalu.
“Aku belum coba kak, boleh yah aku dibeliin satu bungkus?”rengek Kinan.
“Uangnya tidak cukup dek, nanti saja ya harus bilang ibu dulu” bujukku.
Kinan mulai menunjukkan raut muka sedihnya. Adik satu-satunya itu memang selalu begitu jika keinginannya tidak dituruti.
“Nanti kakak buatin saja ya keripiknya biar bisa makan sepuasnya” aku mencoba merayu Kinan.
“Ya … kaka, sekarang aja, Kak.….,aku penasaran banget pengen coba” rayuan Kinan membuatku iba.
Tak tega rasanya melihat Kinan ingin sekali makan keripik jamur tiram.
Sayang sekali uang yang ibu berikan tidak cukup untuk membeli sekantung keripik jamur tiram. Akupun membujuk Kinan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku menceritakan perihal keinginan Kinan makan keripik jamur tiram. Ibu hanya tersenyum memandangi wajah Kinan yang tampak bersedih karena penasaran dengan si jamur tiram.
Tak lama Kinan dan Aku ke warung, tetangga depan rumah memberikan sekantung jamur tiram mentah.
“Bu, ini kok ada jamur tiram” aku memandangi setumpuk jamur tiram di baskom.
Mendengar jamur tiram, wajah Kinan menjadi sumringah kembali seolah ada hujan yang selalu ia nanti kedatangannya.
“Ayo ibu, Kinan mau keripik jamur tiram” Kinan menarik tangan ibu. Tak lama, “wah, kak!” Kinan menunjuk jamur tiram berwarna putih.
“Tunggu di sini, ya! ibu mau buatkan jamur tiramnya!” ujar ibu.
Dengan cekatan ibu terampil mengolah lembaran jamur tiram untuk segera dijadikan keripik. Ibu merendam jamur tiramnya dengan air panas lalu membiarkan beberapa menit saja.
Aku membantu menyiapkan terigu dan wajan, keripik jamur tiram memang mudah membuatnya. Berkat sering melihat tukang keripik di sekolah aku jadi hafal langkah-langkah menggoreng jamur tiram.
Untunglah ibu yang jago masak juga sudah tahu menyulap jamur tiram menjadi keripik. Kulihat wajah Kinan gembira sekali.
Karena jamur harus terendam air panas, aku harus menunggunya hingga lembek. Tapi Kinan tak sabar. Di luar dugaanku, Kinan mencoba langsung memakan jamur yang belum matang tersebut. Sepertinya ia sudah lapar.
“Adek, jangan!” teriakku. Tapi telat.Kinan keburu memasukkan Jamurnya kedalam mulut.
Cuih! Kinan berusaha memuntahkan jamur tiramnya. Aku langsung terpingkal melihatnya dan segera mengambilkan minum untuknya.
“ih ga enak Kak!” seru Kinan.
“Kalau dimakan mentah begitu ya manalah enak dek” jawabku.
Setelah memastikan jamurnya lembek, ibu mulai menuangkan adonan keripik dari terigu, garam, serta gerusan bawang putih dicampurkan menjadi satu.
Aku dan Kinan menyaksikan tangan ibu yang terampil dalam mengolah jamur-jamur tiram tersebut.
Rasanya tak sabar untuk segera mencicipi jamur tiram dalam balutan tepung itu.
Kulirik Kinan yang terlihat semakin antusias ketika ibu sudah mulai memasukkan satu per satu jamur tiramnya ke dalam wajan penuh minyak goreng panas.
Wangi keripik jamur tiram mulai menguar membuat perutku dan Kinan berbunyi.
“Aku mau makan keripik jamur tiramnya pake saos ya bu” seru Kinan menatap wajan yang penuh dengan letupan jamur tiram yang berenang-renang.
Tak lama kemudian keripik jamur tiram sudah memenuhi wadah besar yang sudah aku siapkan. Ibu menuangkan semuanya ke dalam wadah.
“Biar Kinan saja yang bawa ke meja makan ya bu” teriak Kinan semangat.
Saking semangatnya membawakan keripik jamur tiram, Kinan tak melihat mainannya yang tergolek sembarangan di lantai. Mainan itu terinjak dan membuat kaki kinan terpeleset.
“byarrr” suara keripik jamur tiram berjatuhan.
“Yah jatuh semuanya” seruku jengkel.
Keripik jamur tiram melayang ke udara dan berjatuhan seperti hujan yang membasahi kebun.
Kinan bengong melihat semua keripiknya berjatuhan. Penantiannya makan jamur tiram buatan ibu kandas karena kecerobohannya.
Siang itu Kinan dan Dinda tak jadi makan karena jamur tiramnya jatuh ke lantai.
***
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Naskah yang Dibedah :
Hujan Jamur Tiram (koreksian pertama adalah jangan lupa di baah judul tulis nama penulisnya, Kak Herva. Misalnya Hujan Jamur Tiram, di baah judul tulis : Oleh Herva Yulyanti) (judulnya juga kurang pas dengan cerita).
“Kakak, aku ingin makan keripik itu,” Kinan menunjuk pada Dinda yang sedang mengambil lembaran daun pisang di warung Abah (Tidak dijelaskan ini daun pisang untuk apa? Jadi akhirnya kalimatnya percuma)
“Keripik Jamur tiram itu dek” (Untuk kata sapaan, maka huruf awalnya harus kapital : Dek) jawabku. Aku pernah melihat penjual jamur tiram di depan sekolah beberapa hari lalu. (Perhatikan kata Dinda. itu awalnya bercerita dengan POV3 atau sudut orang ketiga tunggall. Kenapa pindah jadi POV1? memakai aku?)
“Aku belum coba kak,(Sama dengan kata Dek, Kak juga kata sapaan yang huruf aalnya ahrus kapital : Kak atau Kakak) boleh yah aku dibeliin satu bungkus?”rengek Kinan
“Uangnya tidak cukup dek, nanti saja ya harus bilang ibu dulu” bujukku.
Kinan mulai menunjukkan raut muka sedihnya. Adik satu-satunya (Karena sejak awal memakai POV 3, maka ini kalimatnya disesuaikan. Misalnya : Adik Dinda satu-satunya) itu memang selalu begitu jika keinginannya tidak dituruti.
“Nanti kakak (Kakak) buatin saja ya keripiknya biar bisa makan sepuasnya” (Beri koma atau tanda baca yang pas sebelum keterangan ucapan. Kalau ucapan ini pasnya tanda koma : sepuasnya,") aku mencoba merayu Kinan.
“Ya … kaka, sekarang aja, Kak.….,aku (Kak! Aku) penasaran banget pengen coba” (Nanti beri tanda baca yang benar) rayuan Kinan membuatku iba.
Tak tega rasanya melihat Kinan ingin sekali makan keripik jamur tiram.
Sayang sekali uang yang ibu (Ibu) berikan tidak cukup untuk membeli sekantung keripik jamur tiram. Akupun (dipisah : Aku pun) membujuk Kinan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, aku (Kak Herva sudah kecolongan, ya. Jadi POV sudah ganti. Dan ini sangat membingungkan pembaca) menceritakan perihal (hapus saja ini) keinginan Kinan makan keripik jamur tiram. Ibu hanya tersenyum memandangi wajah Kinan yang tampak bersedih karena penasaran dengan si jamur tiram.
Tak lama Kinan dan Aku (Jadi harus tokoh utama dulu disebutkan, baru tokoh pendukung. Misalnya pakai POV1 : aku dan Kinan. Kalau Pakai POV3 : Dinda dan Kinan) ke warung, tetangga depan rumah memberikan sekantung jamur tiram mentah. (Ini tdak pas. Jadi karena kamera ceritanya dari Dinda, maka semua kejadian harus dari sudut pandang Dinda. Dinda dan Kinan kan tadi ke warung, kenapa dia tahu ada tetangga mengantar jamur tiram? Kecuali Ibu memberi tahu)
“Bu, ini kok ada jamur tiram” aku memandangi setumpuk jamur tiram di baskom (Nah, ini sudah pas. Dinda ke warung. Jadi heran saat pulang, ada jamur tiram)
Mendengar jamur tiram, wajah Kinan menjadi sumringah kembali seolah ada hujan yang selalu ia nanti kedatangannya.
“Ayo ibu, (Ibu) Kinan mau keripik jamur tiram” Kinan menarik tangan ibu. Tak lama, “wah (Huruf awalnya kapital ; "Wah), kak!” Kinan menunjuk jamur tiram berwarna putih.
“Tunggu di sini, ya! ibu mau buatkan jamur tiramnya!” ujar ibu
Dengan cekatan ibu terampil (hapus saja kata ini) mengolah lembaran jamur tiram untuk segera dijadikan keripik. Ibu merendam jamur tiramnya dengan air panas lalu membiarkan beberapa menit saja.(hapus saja)
Untunglah ibu yang jago masak juga sudah tahu menyulap (menyulap) jamur tiram menjadi keripik. Kulihat wajah Kinan gembira sekali.
Karena jamur harus terendam air panas, aku harus menunggunya hingga lembek. Tapi Kinan tak sabar. Di luar dugaanku, Kinan mencoba langsung memakan jamur yang belum matang tersebut. Sepertinya ia sudah lapar.
“Adek, jangan!” teriakku.
Tapi telat.Kinan keburu memasukkan Jamurnya kedalam mulut.
Cuih! Kinan berusaha memuntahkan jamur tiramnya. Aku langsung terpingkal melihatnya dan segera mengambilkan minum untuknya.
“ih ga enak Kak!” (Ini benar penulisannya : Kak) seru Kinan.
“Kalau dimakan mentah begitu ya manalah enak dek” jawabku.
Setelah memastikan jamurnya lembek, ibu mulai menuangkan adonan keripik dari terigu, garam, serta gerusan bawang putih dicampurkan menjadi satu.
Aku dan Kinan menyaksikan tangan ibu yang terampil dalam mengolah jamur-jamur tiram tersebut.
Rasanya tak sabar untuk segera mencicipi jamur tiram dalam balutan tepung itu.
Kulirik Kinan yang terlihat semakin antusias ketika ibu sudah mulai memasukkan satu per satu jamur tiramnya ke dalam wajan penuh minyak goreng panas.
Wangi keripik jamur tiram mulai menguar membuat perutku dan Kinan berbunyi.
“Aku mau makan keripik jamur tiramnya pake saos ya bu” seru Kinan menatap wajan yang penuh dengan letupan jamur tiram yang berenang-renang.
Tak lama kemudian keripik jamur tiram sudah memenuhi wadah besar yang sudah aku siapkan. Ibu menuangkan semuanya ke dalam wadah.
“Biar Kinan saja yang bawa ke meja makan ya bu” teriak Kinan semangat.
Saking semangatnya membawakan (membawa) keripik jamur tiram, Kinan tak melihat mainannya yang tergolek (tergeletak) sembarangan di lantai. Mainan itu terinjak dan membuat kaki kinan terpeleset.
“byarrr” suara keripik jamur tiram berjatuhan.
“Yah jatuh semuanya” seruku jengkel.
Keripik jamur tiram melayang ke udara dan berjatuhan seperti hujan yang membasahi kebun.
Kinan bengong melihat semua keripiknya berjatuhan. Penantiannya makan jamur tiram buatan ibu kandas karena kecerobohannya.
Siang itu Kinan dan Dinda (Ini balik lagi ke POV3) tak jadi makan karena jamur tiramnya jatuh ke lantai.
***
---------------------------------------------------------------------------------------------
Catatan Kurcaci Pos :
Salam, Kak Herva.
Ide ceritanya bagus. Ada cara tentang mengolah jamur tiram menjadi keripik. Hanya sayang alur ceritanya masih dangkal. kurang berliku. begitu mudahnya Knan mau keripik jamur tiram, lalu kebetulan ada yang memberi, dan langsung dibuatkan.
Padahal Kak Herva masih banyak jatah kata. Ini ceritanya baru 592 kata termasuk judul. jadi masih banyak yang bisa diekplor dari cerita ini. Kinan ingin keripik jamur tiram. sayang Dinda belum ada uang untuk membeli. Nah, apa yang dilakukan Dinda, agar adiknya itu bisa menikmati keripik jamur tiram. Apa saja usaha yang dilakukan.
Misalnya, Kinan terus merengek saat perjalanan pulang. nah, di perjalanan, mereka bertemu tetangga yang misalnya membawa barang bellanjaan berat. Lalu Dinda membantu, dan kebetulan tetangga mereka itu membudidayakan jamur tiram. Jadi ada usaha dari mereka.
Konfliknya, Kinan ingin makan keripik jamur tiram, jadi endingnya Kinan bisa menikmati keripik jamur tiram. Jangan endingnya ada kejadian tidak mengenakan, lalu akhirnya Kinan, juga Dinda tidak bisa menikmati keripik jamur tiram. Kecuali aal ceritanya Ibu sedang membuat jamur tiram. Dinda membantu Ibu, sedangkan Kinan malah asyik nonton televisi. pas keripik jadi, Kinan lansung masuk dapur dan mengambil banyak keripik jamur tiram. Akhirnya dia tidak sengaja terpeleset. Nah, di sini ada moralnya, kalau Kinan tidak boleh serakah.
Jangan lupa di bawah judul ditulis nama penulis, Kak. Ini penting, jadi saat naskah kakak dikoreksi, yang membaca sudah tahu siapa penulis cerita ini
Nah, ini koreksi yang paling penting, Kak Herva. hati-hati kecolongan, termasuk kecolongan sudut pandang bercerita atau POV. Awal cerita pakai POV3. Lalu tiba-tiba pakai POV1, teus sampai menjelang ending. Lalu bagian penutup, pakai POV1 lagi. Ini bisa jadi penilaian tersendiri.Penulis tidak teliti dan terburu-buru. Bisa juga naskah tidak diendapkan dan dicek kembali. Intinya self editing itu perlu. Bisa juga karena nulisnya mepet dengan deadline hehehe.
Koreksi lainnya mengenai kata sapaan. Jadi kalau kata sapaan dalam dialog, itu huruf awalnya harus kapital Bu, Pak, Kak, Dik, Kakak, Adik, Paman, Bibi, dan sebagainya.
Perhatikan juga penulisan tanda baca pada dialog, Kak Herva. Sepanjang cerita, banyak sekali seperti ini : "Nanti saja kita bikin ya, Dik" bujuk Dinda.
Itu setelah kata DIK dan sebelum tanda petik (") harus ada tanda baca yang sesuai. Misalnya Dik!"
Demikian catatan dari Kurcaci Pos, Kak Herva. Terus semangat menulis.
Itu setelah kata DIK dan sebelum tanda petik (") harus ada tanda baca yang sesuai. Misalnya Dik!"
Demikian catatan dari Kurcaci Pos, Kak Herva. Terus semangat menulis.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteBalik lagi ke sini, Makasih kak Kurcaci sudah membedah cerita ini. Wkwkwk aku baca lagi 6 th kemudian tercengan kok iso bisa nulis ceritanya begini :D pantas banyak revisi...terima kasih atas kesediaanya untuk mengoreksi sehat selalu Kak
ReplyDelete