Salam, Sahabat Kurcaci Pos.
Kurcaci Pos kembali menampilkan cerita tamu. Kali ini cerita yang tampil dari Kak Pupuy Hurriyah. Sahabat Kurcaci Pos yang suka membaca majalah Bobo, pasti sering membaca cerita-cerita keren Kak Pupuy.
Nah, kali ini Kurcaci Pos pilihan cerita Kaktus Nyonya Polly. Cerita ini sarat dengan pengetahuan seputar kaktus. Tapi tetap ada konfliknya lho, yang menuju pada pesan moral, agar kita jangan meremehkan sesuatu.
Sahabat kurcaci Pos sudah tidak sabar membaca ceritanya, kan..
Yuk, segera dibaca saja. Selamat membaca...
-----------------------------------------------------------------------------
Kaktus Nyonya Polly
Okeh Pupuy Hurriyah
Nyonya Polly sangan suka tanaman. Ia memiliki kebun mirip hutan kecil di rumahnya. Bunga anggrek, melati, mawar, dan lainnya menhiasi hutan kecilnya.
Pagi ini, saat duduk bersama Tuan Polly di meja makan, Nyonya Polly berkata, “Aku ingin beli kaktus!”
“Kaktus?” Tuan Polly terkejut.
“Ya, itu tanaman yang indah,” Nyonya Polly mengangguk sambil membawakan teh hangat untuk Tuan Polly.
“Kaktus,” gumam Tuan Polly. “Aku hanya bisa membayangkan duri-durinya.”
Pagi itu, usai sarapan, Nyonya Polly pergi ke kota untuk membeli kaktus, walau Tuan Polly terus menertawakannya.
“Tak ada tanaman lain yang ingin kau beli selain kaktus?” tanya Tuan Polly saat mengantar Nyonya Polly mengendarai mobil.
“Tidak,” geleng Nyonya Polly yakin
“Lihat!” seru Tuan Polly saat meihat aneka bunga di tempat penjualan tanaman. “Bunga yang indah. Mungkin sebaiknya, kau membeli bunga itu saja.”
“Nyonya Polii menggeleng. “Aku sudah memiliki bunga aster seperti itu.
Tuan Polly tersenyum-senyum malu.
Nyonya Polly memberi beberapa tanaman kaktus dalam pot. Tuan Polly membantu penjuala tanaman memasukkan kaktus-kaktus itu ke dalam mobil.
“Ouw!” jerit Tuan Polly.
Nyonya Polly terkejut. “Oh, apa tanganmu berdarah?” Nyonya Polly khawatir melihat Tuan Polly memegang jari-jarinya.
Tuan Polly menyeringai. “Tidak, aku hanya berpura-pura tertusuk duri kaktus.”
Nyonya Polly merengut, tetapi juga lega karena Tuan Polly tidak sungguh-sunggu terkena duri kaktus
Tiba di rumah, Nyonya Polly meletakkan tanaman kaktus menyebar di sekeliling hutan kecilnya. Nyonya Polly pun meletakkan sebuah pot kaktus di dekat jendela rumahnya.
“Oh!” keluh Tuan Polly. “Kenapa tidak meletakkan tanaman lain di dekat jendela kamar kita?
“Tidak!” jawab Nyonya Polly kalem.
Di sore hari, Nyonya Polly sering berada di hutan kecilnya. Saat Nyonya Polly merawat kaktus-kaktusnya, diam-diam Tuan Polly sering menertawakannya. “Hmmn tanaman berduri tanpa daun, apalagi bunganya.”
Nyonya Polly hanya tersenyum. “Kaktus tanaman hebat. Kaktus adalah tanaman gurun. Batangnya banyak menyimpan air, sehingga tidak perlu disiram setiap hari. Cukup sekali seminggu, “ kata Nyonya Polly.
Akan tetapi Tuan Polly terus menertawakan kaktus-kaktus Nyonya Polly. Tuan Polly mengelemg-geleng setiap kali melihatnya.
“Kaktus suka sinar matahari,” kata Nyonya Polly sambil mengelilingi hutan kecilnya ditemani Tuan Polly. “Walau begitu, kaktus tetap dapat ditaruh di dalam ruangan. Misalnya di dekat meja komputer. Kaktus dapat menyerap radiasi layar komputer. “
Pada suatu malam, Tuan dan Nyonya Polly pergi menghadiri undangan pesta di kota. Malam itu, Tuan dan Nyonya Polly pergi hingga larut malam.
Tuan dan Nyonya Polly tidak menduga kalau, jika malam itu ada pencuri mencoba memasuki rumah mereka.ketika tiba di rumah, mereka mendapati pot-pot tanaman yang berantakan.
“Oh, apa yang terjadi dengan rupa kita!” seru Tuan Polly khawatir. Ia berlari ke dalam rumah dan memeriksa setiap sudut rumah. Tuan Polly bersyukur, karena tidak ada barang yang rusak dan hilang.
Sementara itu, Nyyonya Polly memandang pot-pot tanamannya yang berantakan. Ia melihat pot-pot kaktusnya yang pecah.
“Aku ikut sedih!” Tuan Polly ikut berjongkok di sisi Nyonya Polly.
Nyonya Polly menggeleng. “Kaktusku tidak apa-apa. Kaktus ini menyelamatkan rumah kita.”
“Bagaimana kau tahu? Tanya Tuan Polly serius.
“Aku menduga, pencuri itu ingin masuk lewat jendela kamar kita. Tanpa sengaja, tangannya terkena duri kaktus-kaktus.”
Tuan Polly mengangguk.
“Pencuri itu kesakitan, Ia marah, lalu menendang pot-pot tanaman di dekatnya. Sayangnya, ia pun menendang pot-pot kaktus, sehingga kakinya tertusuk duri-duri kaktus,” ucap Nyonya Polly lalu berhenti sejenak mengambil napas. “Karena kesal dan kesakitan, pencuri itu semakin marah. Ia membanting pot-pot di dekatnya, lalu pergi.”
“Kau dan kaktus-kaktusmu sungguh hebat!” puji Tuan Polly.
Nyonya Polly tersenyum bahagia. Ia senang, akhirnya Tuan Polly tidak lagi menertawakan tanaman kaktus di hutan kecilnya.
Kurcaci Pos kembali menampilkan cerita tamu. Kali ini cerita yang tampil dari Kak Pupuy Hurriyah. Sahabat Kurcaci Pos yang suka membaca majalah Bobo, pasti sering membaca cerita-cerita keren Kak Pupuy.
Dimuat di Majalah Bobo |
Nah, kali ini Kurcaci Pos pilihan cerita Kaktus Nyonya Polly. Cerita ini sarat dengan pengetahuan seputar kaktus. Tapi tetap ada konfliknya lho, yang menuju pada pesan moral, agar kita jangan meremehkan sesuatu.
Sahabat kurcaci Pos sudah tidak sabar membaca ceritanya, kan..
Yuk, segera dibaca saja. Selamat membaca...
-----------------------------------------------------------------------------
Kaktus Nyonya Polly
Okeh Pupuy Hurriyah
Nyonya Polly sangan suka tanaman. Ia memiliki kebun mirip hutan kecil di rumahnya. Bunga anggrek, melati, mawar, dan lainnya menhiasi hutan kecilnya.
Pagi ini, saat duduk bersama Tuan Polly di meja makan, Nyonya Polly berkata, “Aku ingin beli kaktus!”
“Kaktus?” Tuan Polly terkejut.
“Ya, itu tanaman yang indah,” Nyonya Polly mengangguk sambil membawakan teh hangat untuk Tuan Polly.
“Kaktus,” gumam Tuan Polly. “Aku hanya bisa membayangkan duri-durinya.”
Pagi itu, usai sarapan, Nyonya Polly pergi ke kota untuk membeli kaktus, walau Tuan Polly terus menertawakannya.
“Tak ada tanaman lain yang ingin kau beli selain kaktus?” tanya Tuan Polly saat mengantar Nyonya Polly mengendarai mobil.
“Tidak,” geleng Nyonya Polly yakin
“Lihat!” seru Tuan Polly saat meihat aneka bunga di tempat penjualan tanaman. “Bunga yang indah. Mungkin sebaiknya, kau membeli bunga itu saja.”
“Nyonya Polii menggeleng. “Aku sudah memiliki bunga aster seperti itu.
Tuan Polly tersenyum-senyum malu.
Nyonya Polly memberi beberapa tanaman kaktus dalam pot. Tuan Polly membantu penjuala tanaman memasukkan kaktus-kaktus itu ke dalam mobil.
“Ouw!” jerit Tuan Polly.
Nyonya Polly terkejut. “Oh, apa tanganmu berdarah?” Nyonya Polly khawatir melihat Tuan Polly memegang jari-jarinya.
Tuan Polly menyeringai. “Tidak, aku hanya berpura-pura tertusuk duri kaktus.”
Nyonya Polly merengut, tetapi juga lega karena Tuan Polly tidak sungguh-sunggu terkena duri kaktus
Tiba di rumah, Nyonya Polly meletakkan tanaman kaktus menyebar di sekeliling hutan kecilnya. Nyonya Polly pun meletakkan sebuah pot kaktus di dekat jendela rumahnya.
“Oh!” keluh Tuan Polly. “Kenapa tidak meletakkan tanaman lain di dekat jendela kamar kita?
“Tidak!” jawab Nyonya Polly kalem.
Di sore hari, Nyonya Polly sering berada di hutan kecilnya. Saat Nyonya Polly merawat kaktus-kaktusnya, diam-diam Tuan Polly sering menertawakannya. “Hmmn tanaman berduri tanpa daun, apalagi bunganya.”
Nyonya Polly hanya tersenyum. “Kaktus tanaman hebat. Kaktus adalah tanaman gurun. Batangnya banyak menyimpan air, sehingga tidak perlu disiram setiap hari. Cukup sekali seminggu, “ kata Nyonya Polly.
Akan tetapi Tuan Polly terus menertawakan kaktus-kaktus Nyonya Polly. Tuan Polly mengelemg-geleng setiap kali melihatnya.
“Kaktus suka sinar matahari,” kata Nyonya Polly sambil mengelilingi hutan kecilnya ditemani Tuan Polly. “Walau begitu, kaktus tetap dapat ditaruh di dalam ruangan. Misalnya di dekat meja komputer. Kaktus dapat menyerap radiasi layar komputer. “
Pada suatu malam, Tuan dan Nyonya Polly pergi menghadiri undangan pesta di kota. Malam itu, Tuan dan Nyonya Polly pergi hingga larut malam.
Tuan dan Nyonya Polly tidak menduga kalau, jika malam itu ada pencuri mencoba memasuki rumah mereka.ketika tiba di rumah, mereka mendapati pot-pot tanaman yang berantakan.
“Oh, apa yang terjadi dengan rupa kita!” seru Tuan Polly khawatir. Ia berlari ke dalam rumah dan memeriksa setiap sudut rumah. Tuan Polly bersyukur, karena tidak ada barang yang rusak dan hilang.
Sementara itu, Nyyonya Polly memandang pot-pot tanamannya yang berantakan. Ia melihat pot-pot kaktusnya yang pecah.
“Aku ikut sedih!” Tuan Polly ikut berjongkok di sisi Nyonya Polly.
Nyonya Polly menggeleng. “Kaktusku tidak apa-apa. Kaktus ini menyelamatkan rumah kita.”
“Bagaimana kau tahu? Tanya Tuan Polly serius.
“Aku menduga, pencuri itu ingin masuk lewat jendela kamar kita. Tanpa sengaja, tangannya terkena duri kaktus-kaktus.”
Tuan Polly mengangguk.
“Pencuri itu kesakitan, Ia marah, lalu menendang pot-pot tanaman di dekatnya. Sayangnya, ia pun menendang pot-pot kaktus, sehingga kakinya tertusuk duri-duri kaktus,” ucap Nyonya Polly lalu berhenti sejenak mengambil napas. “Karena kesal dan kesakitan, pencuri itu semakin marah. Ia membanting pot-pot di dekatnya, lalu pergi.”
“Kau dan kaktus-kaktusmu sungguh hebat!” puji Tuan Polly.
Nyonya Polly tersenyum bahagia. Ia senang, akhirnya Tuan Polly tidak lagi menertawakan tanaman kaktus di hutan kecilnya.
0 Response to "Kaktus Nyonya Polly"
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.