"Selesai!" sorak Pak Yol senang. Akhirnya Pak Yol selesai membantu Pak Pito menaikkan semua barangnya ke atas pedati. Hari ini, Pak Pito dan Bu Elen, akan pindah rumah.
Dimuat di Majalah Bobo |
"Tidak ada yang tertinggal lagi, Pak Pito?" tanya Pak Yol memastikan.
"Tidak ada. Kecuali kuali sup asparagus, Yol!" jawab Pak Pito. "Kamu.tidak berniat membawa kuali itu, kan, Elen?
Bu Elen tersenyum. "Iya, nanti kita beli saja di kota. Pasti banyak yang menjual kuali lebih bagus, besar dan kuat. Aku takut, perjalanan jauh, akan membuat kuali itu malah pecah.”
Pak Pito mengangguk, lalu memeluk Pak Yol. "Terima kasih, sahabatku! Kamu sangat banyak membantuku selama ini. Semoga kita bertemu lagi!"
"Sama-sama, Pito! Semoga di tempat baru, kamu lebih bahagia," balas Pak Yol.
“Oke, saatnya melakukan perjalanan ke kota dan memulai hidup baru,” kata Pak Pito sambil naik ke atas pedati. Bu Elen sudah duduk manis di atas pedati.
Pak Pito dan Bu Elen melambaikan tangan pada Pak Yol. Pak Yol membalas lambaian sahabatnya itu. Pak Pito lalu menghentakkan tali kekang pedatinya. Kuda berwarna cokelat yang menarik pedati mulai berjalan. Pak Yol melihat tampak Pak Pito bersiul, sedangkan Bu Elen bersenandung kecil.
Sudah sepuluh tahun Pak Pito dan Bu Elen tinggal di desa Keuren. Mereka membuka kedai di samping rumah dan berjualaan sup asparagus. Pelanggan sup asparagus mereka sangat banyak
Sayangnya, akhir-akhir Bu Elen sering sakit. Pak Pito harus jauh mengantar Bu Elen berobat di kota. Karena itu, Pak Pito memutuskan menjual rumahnya dan pindah ke kota. Mereka berencana berjualan sup asparagus di kota.
"Saatnya pulang ke rumah!" seru Pak Yol sambil bergegas meninggalkan bekas rumah Pak Pito. Tapi bearu beberapa langkah, Pak Yol berhenti. "Aku lupa sesuai."
Pak Yol segera membalikkan badan dan bergegas ke belakang bekas rumah Pak Pito. Pak Yol lalu membawa kuali asparagus Pak Pito itu menuju rumahnya.
"Ya ampun. Untuk apa kuali jelek itu?" pekik Bu Martha, istri Pak Yol, saat memlihat Pak Yol pulang membawa kuali.
"Kita simpan saja, sebagai kenang-kenangan dari Pak Pito. Dia itu sahabatku.Aku yang menemani Pak Pito membeli kuali ini di kota," jawab Pak Yol sambil meletakkan kuali itu di sudut dapur rumahnya.
Sepanjang siang itu, Bu Martha terus mengomel. Menurutnya, kuali tua itu, hanya membuat sempit dapurnya.
"Harusnya Pito dan Elen, memberimu barang berharga yang bisa dijual. Apalagi sekarang ini, kamu sedang membutuhkan modal untuk berternak ayam," gerutu Bu Martha menjelang tidur malam hari.
Pak Yol hanya tersenyum, lalu menjawab, "Tidak apa-apa. Aku yakin, kuali itu nanti bisa dimanfaatkan. Ayo, sekarang kita tidur!"
Bruk.. tiba-tiba terdengar suara keras dari luar rumah. Pak Yol dan Bu Martha buru-buru keluar. Tampak beberapa orang berlarian.
"Ada apa Pak.Ego?” tanya Pak Yol.
"Kami sedang mengejar pencuri perhiasan Nyonya Angela, Pak Yol,” jawab Pak Ego, salah satu pekerja Nyonya Angela. Nyonya Angela adalah istri Tuan Fredy, pemilik perkebunan sayur paling luas di desa Keuren.
"Ke mana pencurinya lari, Pak.Ego? tanya Bu Martha panik. Ia takut pencuri bersembunyi di sekitar rumahnya.
"Entahlah, Bu Martha. Saya dan teman-teman harus segera menangkapnya.”
Pak. Yol mengajak Bu Martha masuk. Sepanjang malam mereka gelisah dan tidak bisa tidur. Apalagi pencurinya sampai pagi belum tertangkap.
Esok harinya, Pak Yol dan Bu Martha bangun kesiangan. Terburu-buru, Bu Martha menyiapkan sarapan.
"Lo, mana kuali Pak Pito, Bu?” tanya Pak Yol heran.
"Sore hari, Aku pindahkan di luar, karena dapur kita sempit.”
Pak Yol menghampiri kuali itu. "Lo apa ini?" Pak Yol mengambil sebuah kantong kain dari dalam kuali.
Bu Martha buru-buru menghampiri suaminya. Matanya terbelalak melihat banyak perhiasan dalam kantong kain itu.
"Hmm sekarang aku mengerti. Pasti semalam, pencuri itu bersembunyi dalam kuali. Namun saat pergi, kantong ini terjatuh,” tebak Pak Yol.
Pak Yol mengajak Bu Martha ke rumah Nyonya Angela. Nyonya cantik itu senang sekali.
"Terima kasih Pak Yol dan Bu Martha. Di antara perhiasan ini, ada cincin, kalung dan gelang warisan keluarga saya," cerita.Nyonya Angelia.
Pak Yol.dan Bu Martha ikut gembira. Walau kaya, Nyonya Angela dan Tuan Fredy ramah dan suka menolong.
"Ambillah ini, sebagai tanda terima kasihku," Nyonya Angela.menyerahkan seuntai kalung dan sebuah cincin pada Bu Martha. “Kalian bisa menjualnya untuk modal usaha."
Pak Yol dan Bu Martha senang sekali. Kini mereka bisa beternak ayam.
"Makanya jangan marah-marah dulu! Barang yang tidak terpakai, belum tentu sampah dan tidak berguna lagi,” canda Pak Yol.
Bu Martha hanya tersipu malu. Pak Yol tahu, istrinya akan mengubah siatnya itu.
Bambang Irwanto