Dongeng Anak : Sofa Kurcaci Meirora - Lala...lilili.. sambil bersenandung, kurcaci Meirora terus menyapu rumahnya. Sejak pagi ia sudah sibuk bebersih. Beberapa hari lagi, Kurcaci Meorora akan mengadakan pesti kecil di rumah.
“Uh.. akhirnya selesai juga urusan sapu menyapu rumah. Saatnya aku istirahat dulu, lalu kemudian lanjut sore hari menyiram tanaman,” ucap Kurcaci Meirora sambil mengelap keringat di dahinya.
Kurcaci Meirora bergegas ke dapur. Ia lalu memanaskan sup jamurnya. Sebentar saja aroma sup jamur sudah memenuhi ruangan dapur. Kurcaci Meirora menyendok sedikit kuah sup jamur lalu mencobanya.
“Wih.. enaknya...!” Aku akan menikmati sup jamur ini, sambil duduk di sofa kesayanganku!” ujar Kurcaci Meirora.
Tidak lama, tampak Kurcaci Meirora sudah asyik menikmati sup jamurnya sambil duduk di sofa motif daun hijau kesayangannya. Apalagi sofa itu menghadap ke arah jendela. Jadi dari jendela, Kurcaci Meirora bisa melihat taman bunganya yang sedang bermekaran. Namun tiba-tiba...
Prang.. stup.. prang..
“Ya, ampun.. Pussy...!” Kurcaci Meirora melotot pada kucing berbulu cokelat belang hitam kesayangannya itu. Tapi Kurcai Meirora lebih terkejut saat melihat sofanya yang kini ada pulau sup jamur. “Ya, ampun sofaku!”
Tadi itu, tiba-tiba saja Pussy melompat ke arah Kurcaci Meirora. Kurcaci berambut ikal itu pun terkejut. Mangkuk sup di tangannya terlepas, lalu kuah jamur tumpah di sofa. Selanjutnya, mangkuk terguling ke lantai, dan pecah.
“Huhuhu.. apa yang harus aku lakukan dengan sofaku?” gumam Kurcaci Meirora sedih.
@@@
Sudah hampir 2 jam Kurcaci Meirora berusaha membersihkan sofanya, namun noda sup jamur tidak hilang juga. Kurcaci Meirora sampai putus asa. Apalagi pesta di rumahnya tidak lama lagi.
“Apa yang harus akau lakukan, ya?” gumam Kurcaci Meirora sedih. Entah sudah berapa kali ia bergumam seperti itu sejak kejadian kemarin.
Ting tong.. ting tong..
Tiba-tiba bel rumah Kurcaci Meirora berbunyi. Dengan malas, ia membukakan pintu tumahnya. Tampak Kurcaci Bebili, tetangganya, sedang berdiri di depan pintu.
“Halo, Rora! Aku mengantarkan manisan jamur pesananmu! Hei.. kenapa wajahmu sedih?” tanya Kurcaci Bebili heran.
Kurcaci Meirora segera menceritakan soal sofanya pada Kurcaci Bebili. Setelah itu, Kurcaci Meirora langsung mengajak Kurcaci Bebili melihat langsung noda pada sofanya.
“Oh, coba kamu pergi ke Paman Wikli, Rora! Dia sepertinya bisa membersihkan noda ini!” saran Kurcaci Bebili.
“Wah, benarkah?” kedua mata Kurcaci Meirora langsung berbinar-binar senang. “Terima kasih banyak, Bebi! Untung kamu ke sini. Aku segera ke rumah Paman Wikli.
Setelah Kurcaci Bebili pulang, Kurcaci Meirora segera bergegas ke rumah Paman Kurcaci Wikly. Lala..lili.. sepanjang perjalanan, Kurcaci Meirora terus bersenandung. Ia senang sekali, akhirnya noda di sofanya bisa segera hilang.
Setelah berjalan selama setengah jam, akhirnya Kurcaci Meirora sampai di rumah Paman Wikly. Tapi kok rumah tampak sepi. Pintu dan jendela rumah Paman Wikly juga tertutup.
Tok..tok.. Kurcaci Meirora mengetuk pintu rumah Paman Wikly.
“Permisi..! Paman Wikly! Apa Paman ada di rumah!” panggil Kurcaci Meirori. Namun tidak ada jawaban.
Kurcaci Meirori mencoba lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari Paman Wikly. Ehm.. Paman Wikly memang sedang di rumah, gumam Kurcaci Meirori sambil bergegas keluar dari halaman rumah Paman Wikly. Wajah Kurcaci Meirori sedih lagi. Ia berjalan sambil menunduk.
“Halo.. apa kamu mencari Paman Wikly?”
Tiba-tiba Kurcaci Meirori mendengar ada yang menyapanya. Ia buru-buru mengangkat wajahnya. Tampak ada Ibu Kurcaci di depannya.
“Iya, Bu! Saya ingin meminta bantuan Paman Wikly membersihkan sofa saya yang terkena noda.”
“Oh, sayang sekali. Wikly lagi pergi ke kota mengunjungi saudaranya. Katanya baru minggu depan ia pulang.”
Kurcaci Meirora langsung bertambah lemas. Seminggu lagi? Padahal pestanya beberapa hari ini. Pastinya pulau noda di sofanya akan terlihat.
“Sofa saya juga pernah ketumpahan makanan. Wikly bisa membersihkan, hanya nodanya tidak hilang seratus persen. Akhirnya saya tukar tambah saja dengan sofa yang baru,” cerita Ibu Kurcaci itu.
“Sekarang harga sofa baru berapa ya, Bu?”
“Ehm.. mungkin sekitar 120 keping perak.”
Kurcaci Meirora langsung terperanjat. 120 keping perak itu banyak sekali. Tabungan Kurcaci Meirora tidak cukup untuk membeli sofa baru.
Akhirnya Kurcaci Meirora memutuskan untuk pulang saja. Apalagi langit tampak mendung. Ia sudah pasrah dengan noda di sofanya itu. Kurcaci Meirora pun mempercepat langkahnya, karena takut kehujanan di jalan.
Tes..tes..tes..
Baru berjalan beberapa langkah, Kurcaci Meirora sudah merasakan tetes air dari langit. Makin lama makin deras. Hujaaaaan... Kurcaci Meirora bergegas berlari ke teras sebuah rumah. Hujan deras pun turun. Kurcaci Meirora terpaksa berteduh di teras rumah itu. Sambil menunggu hujan reda, Kurcaci Meirora melihat sekitar rumah.
“Sepertinya penghuni rumah ini juga sedang pergi. Sepi sekali!” ucap Kurcaci Meirora sendiri sambil mengintip ke dalam dari balik kaca jendela.
Benar dugaan Kurcaci Meirora. Ia melihat keadaan di dalam gelap. Lalu tampak barang-baranng ditutup dengan kain. Mungkin maksudnya agar tak berdebu. Tiba-tiba...
“Aha.. aku mendapat ide!” seru Kurcaci Meirora riang. Ia tidak sabar menunggu hujan reda, dan segera pulang.
@@@
Kurcaci Meirora sudah berpenampilan cantik. Ia sudah siap menyambut teman-temannya yang akan berkunjung ke rumahnya. Berbagai hidangan juga sudah siap. Lala..lili.. Kurcaci Meirora bersenandung sambil memperbaiki letak taplak mejanya.
Ting tong.. ting tong...
Bel rumah Kurcaci Meirora berbunyi. Ia dengan riang gembira bergegas membuka pintu. Tampak teman-temannya berdiri bersama di ambang pintu. Termasuk Kurcaci Bebili.
“Selamat datang di rumahku! Ayo, masuk! Hidangan sudah tersedia!” sambut Kurcaci Meirora.
Teman-teman Kurcaci Meirora langsung berhamburan masuk. Suasana dalam rumah penuh canda tawa. Lalu tiba-tiba Kurcaci Bebili menarik lengan Kurcaci Meirora untuk menepi di sudut ruangan.
“Sofa kamu baru, ya?” tanya Kurcaci Bebili pensaran.
Kurcaci Meirora terbahak. Ia lalu menceritakan semuanya pada Kurcaci Bebili. Saat ia ke rumah Paman Wikly, bertemu Ibu Kurcaci, disarankan membeli sofa baru, lalu kehujanan dan berteduh di sebuah rumah.
“Wow.. hebat! Jadi kamu mendapatkan ide dari perabotan yang ditutupi kain di rumah kosong itu ya, Rora?”
“Iya, aku langsung terpikir kain yang motifnya bagus. Dan ternyata itu seprai tempat tidurku. Makanya aku bungkus saja sofaku hahaha!”
“Hebat..!” Kurcaci Bebili mengacungkan jempol kanannya kepada Kurcaci Meirora.
Bambang Irwanto
Ilustrasi : Tanti Amelia (Klik gambar untuk profil ilustrator) |
“Uh.. akhirnya selesai juga urusan sapu menyapu rumah. Saatnya aku istirahat dulu, lalu kemudian lanjut sore hari menyiram tanaman,” ucap Kurcaci Meirora sambil mengelap keringat di dahinya.
Kurcaci Meirora bergegas ke dapur. Ia lalu memanaskan sup jamurnya. Sebentar saja aroma sup jamur sudah memenuhi ruangan dapur. Kurcaci Meirora menyendok sedikit kuah sup jamur lalu mencobanya.
“Wih.. enaknya...!” Aku akan menikmati sup jamur ini, sambil duduk di sofa kesayanganku!” ujar Kurcaci Meirora.
Tidak lama, tampak Kurcaci Meirora sudah asyik menikmati sup jamurnya sambil duduk di sofa motif daun hijau kesayangannya. Apalagi sofa itu menghadap ke arah jendela. Jadi dari jendela, Kurcaci Meirora bisa melihat taman bunganya yang sedang bermekaran. Namun tiba-tiba...
Prang.. stup.. prang..
“Ya, ampun.. Pussy...!” Kurcaci Meirora melotot pada kucing berbulu cokelat belang hitam kesayangannya itu. Tapi Kurcai Meirora lebih terkejut saat melihat sofanya yang kini ada pulau sup jamur. “Ya, ampun sofaku!”
Tadi itu, tiba-tiba saja Pussy melompat ke arah Kurcaci Meirora. Kurcaci berambut ikal itu pun terkejut. Mangkuk sup di tangannya terlepas, lalu kuah jamur tumpah di sofa. Selanjutnya, mangkuk terguling ke lantai, dan pecah.
“Huhuhu.. apa yang harus aku lakukan dengan sofaku?” gumam Kurcaci Meirora sedih.
@@@
Sudah hampir 2 jam Kurcaci Meirora berusaha membersihkan sofanya, namun noda sup jamur tidak hilang juga. Kurcaci Meirora sampai putus asa. Apalagi pesta di rumahnya tidak lama lagi.
“Apa yang harus akau lakukan, ya?” gumam Kurcaci Meirora sedih. Entah sudah berapa kali ia bergumam seperti itu sejak kejadian kemarin.
Ting tong.. ting tong..
Tiba-tiba bel rumah Kurcaci Meirora berbunyi. Dengan malas, ia membukakan pintu tumahnya. Tampak Kurcaci Bebili, tetangganya, sedang berdiri di depan pintu.
“Halo, Rora! Aku mengantarkan manisan jamur pesananmu! Hei.. kenapa wajahmu sedih?” tanya Kurcaci Bebili heran.
Kurcaci Meirora segera menceritakan soal sofanya pada Kurcaci Bebili. Setelah itu, Kurcaci Meirora langsung mengajak Kurcaci Bebili melihat langsung noda pada sofanya.
“Oh, coba kamu pergi ke Paman Wikli, Rora! Dia sepertinya bisa membersihkan noda ini!” saran Kurcaci Bebili.
“Wah, benarkah?” kedua mata Kurcaci Meirora langsung berbinar-binar senang. “Terima kasih banyak, Bebi! Untung kamu ke sini. Aku segera ke rumah Paman Wikli.
Setelah Kurcaci Bebili pulang, Kurcaci Meirora segera bergegas ke rumah Paman Kurcaci Wikly. Lala..lili.. sepanjang perjalanan, Kurcaci Meirora terus bersenandung. Ia senang sekali, akhirnya noda di sofanya bisa segera hilang.
Setelah berjalan selama setengah jam, akhirnya Kurcaci Meirora sampai di rumah Paman Wikly. Tapi kok rumah tampak sepi. Pintu dan jendela rumah Paman Wikly juga tertutup.
Tok..tok.. Kurcaci Meirora mengetuk pintu rumah Paman Wikly.
“Permisi..! Paman Wikly! Apa Paman ada di rumah!” panggil Kurcaci Meirori. Namun tidak ada jawaban.
Kurcaci Meirori mencoba lagi, tapi tetap tidak ada jawaban dari Paman Wikly. Ehm.. Paman Wikly memang sedang di rumah, gumam Kurcaci Meirori sambil bergegas keluar dari halaman rumah Paman Wikly. Wajah Kurcaci Meirori sedih lagi. Ia berjalan sambil menunduk.
“Halo.. apa kamu mencari Paman Wikly?”
Tiba-tiba Kurcaci Meirori mendengar ada yang menyapanya. Ia buru-buru mengangkat wajahnya. Tampak ada Ibu Kurcaci di depannya.
“Iya, Bu! Saya ingin meminta bantuan Paman Wikly membersihkan sofa saya yang terkena noda.”
“Oh, sayang sekali. Wikly lagi pergi ke kota mengunjungi saudaranya. Katanya baru minggu depan ia pulang.”
Kurcaci Meirora langsung bertambah lemas. Seminggu lagi? Padahal pestanya beberapa hari ini. Pastinya pulau noda di sofanya akan terlihat.
“Sofa saya juga pernah ketumpahan makanan. Wikly bisa membersihkan, hanya nodanya tidak hilang seratus persen. Akhirnya saya tukar tambah saja dengan sofa yang baru,” cerita Ibu Kurcaci itu.
“Sekarang harga sofa baru berapa ya, Bu?”
“Ehm.. mungkin sekitar 120 keping perak.”
Kurcaci Meirora langsung terperanjat. 120 keping perak itu banyak sekali. Tabungan Kurcaci Meirora tidak cukup untuk membeli sofa baru.
Akhirnya Kurcaci Meirora memutuskan untuk pulang saja. Apalagi langit tampak mendung. Ia sudah pasrah dengan noda di sofanya itu. Kurcaci Meirora pun mempercepat langkahnya, karena takut kehujanan di jalan.
Tes..tes..tes..
Baru berjalan beberapa langkah, Kurcaci Meirora sudah merasakan tetes air dari langit. Makin lama makin deras. Hujaaaaan... Kurcaci Meirora bergegas berlari ke teras sebuah rumah. Hujan deras pun turun. Kurcaci Meirora terpaksa berteduh di teras rumah itu. Sambil menunggu hujan reda, Kurcaci Meirora melihat sekitar rumah.
“Sepertinya penghuni rumah ini juga sedang pergi. Sepi sekali!” ucap Kurcaci Meirora sendiri sambil mengintip ke dalam dari balik kaca jendela.
Benar dugaan Kurcaci Meirora. Ia melihat keadaan di dalam gelap. Lalu tampak barang-baranng ditutup dengan kain. Mungkin maksudnya agar tak berdebu. Tiba-tiba...
“Aha.. aku mendapat ide!” seru Kurcaci Meirora riang. Ia tidak sabar menunggu hujan reda, dan segera pulang.
@@@
Kurcaci Meirora sudah berpenampilan cantik. Ia sudah siap menyambut teman-temannya yang akan berkunjung ke rumahnya. Berbagai hidangan juga sudah siap. Lala..lili.. Kurcaci Meirora bersenandung sambil memperbaiki letak taplak mejanya.
Ting tong.. ting tong...
Bel rumah Kurcaci Meirora berbunyi. Ia dengan riang gembira bergegas membuka pintu. Tampak teman-temannya berdiri bersama di ambang pintu. Termasuk Kurcaci Bebili.
“Selamat datang di rumahku! Ayo, masuk! Hidangan sudah tersedia!” sambut Kurcaci Meirora.
Teman-teman Kurcaci Meirora langsung berhamburan masuk. Suasana dalam rumah penuh canda tawa. Lalu tiba-tiba Kurcaci Bebili menarik lengan Kurcaci Meirora untuk menepi di sudut ruangan.
“Sofa kamu baru, ya?” tanya Kurcaci Bebili pensaran.
Kurcaci Meirora terbahak. Ia lalu menceritakan semuanya pada Kurcaci Bebili. Saat ia ke rumah Paman Wikly, bertemu Ibu Kurcaci, disarankan membeli sofa baru, lalu kehujanan dan berteduh di sebuah rumah.
“Wow.. hebat! Jadi kamu mendapatkan ide dari perabotan yang ditutupi kain di rumah kosong itu ya, Rora?”
“Iya, aku langsung terpikir kain yang motifnya bagus. Dan ternyata itu seprai tempat tidurku. Makanya aku bungkus saja sofaku hahaha!”
“Hebat..!” Kurcaci Bebili mengacungkan jempol kanannya kepada Kurcaci Meirora.
Bambang Irwanto
Wahhh sofa nya unik yaaa, bisa di pesan secara online gak yaa
ReplyDeleteBisa dipesan khusus, Kak hihihi
Delete