Plava adalah gaun terbaru yang menghuni toko baju khusus anak milik Bu Anna. Warnanya biru muda. Ada sabuk berwarna biru tua di tengah, dan bagian bawahnya mengembang lebar. Persis seperti gaun putri kerajaan,
Tapi sejak kedatangan Plava, tidak ada yang menyukainya. Plava sangat sombong dan gemar mengejek gaun-gaun lain.
“Warnamu mulai pudar,” ejek Plava pada Pinki, gaun merah muda.
“Kau juga, Nera. Warnamu tidak menarik,” kata Plava. Kali ini, pada Nera gaun hitam polos.
“Jangan begitu, Plava,” tegur Rode si gaun merah.
Tapi Plava tidak peduli. Ejekannya berpindah pada gaun yang lain.
“Huh, ada apa dengan kalian?” tanya Plava ketika suatu hari teman-temannya hanya diam.
Tidak ada yang menjawab. Mereka kesal sekali karena selalu diejek.
“Oh aku tahu. Pasti kalian sudah mengakui kalau aku adalah baju terindah di sini,” katanya dengan bangga.
Keesokan harinya, toko kedatangan dua pengunjung. Seorang ibu dan seorang gadis kecil yang manis.
“Lihat saja, dia pasti memilihku,” kata Plava percaya diri.
Gaun-gaun lain tidak menyahut. Tapi Plava terus bicara kalau tidak ada gaun yang lebih indah darinya.Dan ia yakin sekali, gadis itu akan terlihat lebih manis ketika mengenakannya.
Ah benar saja. Gadis kecil itu menunjuk Plava dengan mata berbinar cerah. Ia membawa Plava ke sebuah ruang ganti. Setelah dicoba, Plava lalu dimasukkan ke dalam sebuah tas kain.
Di rumah barunya, Plava digantung di sebuah lemari. Lemari itu tidak terlalu besar Vina, gadis kecil itu membungkusnya dengan plastik tipis agar tidak mudah kotor.
Ada banyak baju dengan berbagai model di dalam lemari. Ada sebuah gaun berwarna ungu dengan model sederhana. Juga ada banyak kaus dan kemeja.
“Bentuk kalian jelek dan sederhana. Tidak seperti aku yang indah,” katanya pada yang lain.
“Huh, dasar sombong!” kata mereka bersamaan.
*
Vina akan berulang tahun. Plava senang sekali. Ia tidak sabar ingin segera dipakai di pesta. Pasti semua akan mengagumi keindahannya.
“Vina tidak akan memakaimu. Modelku kan lebih bagus dan indah,” katanya pada Nili, gaun ungu.
Nili pura-pura tidak mendengar. Ketika Vina membuka pintu lemari, Plava bersorak senang. Vina mengelus Plava lembut. Tapi kemudian ia mengambil Nili dan menutup pintu lemari.
Plava kesal bukan main.
“Huh, padahal aku lebih bagus,” katanya.
“Kamu memang indah, Plava,” sahut Kemi, kemeja kotak-kotak.
Baju-baju yang lain tertawa. Membuat Plava bingung karena tidak tahu apa yang mereka tertawakan.
“Kamu juga lebih bagus dari Nili. Tapi Vina suka sekali warna ungu,” tambah Kemi lagi.
Plava kaget. Ia kemudian melihat seisi lemari. Hampir semua baju di sana berwarna ungu muda.
*
Hari Minggu, Vina mengeluarkan Plava sambil bersenandung riang. Di tangannya ada sebuah kotak berukuran sedang. Pelan-pelan, Plava lalu dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak.
Plava mengintip teman-temannya dari dalam kotak yang belum tertutup. Mereka semua memandang Plava dengan kasihan.
Ketika Vina menutup kotak, Plava semakin sedih. Ia ingin dipakai oleh Vina. Gadis itu terlihat begitu manis ketika mengenakannya. Seperti di ruang ganti toko beberapa hari lalu.
Dari dalam kotak, Plava masih mendengar Vina yang bernyanyi. Ia tidak tahu akan dibawa ke mana. Dari yang Plava dengar, mereka berada di dalam mobil.
“Panti asuhannya masuk gang ini, Bunda,” kata Vina ketika mobil berhenti.
Plava sedikit berguncang di dalam kotak, ketika Vina berlari.
“Della,” panggil Vina. “Aku bawa hadiah untuk kamu.”
Penutup kotak dibuka perlahan. Seorang anak seusia Vina membelalak lebar melihat Plava. Tubuhnya kurus, wajahnya kotor dan berkeringat.
“Ini untuk Della?” tanyanya sambil tersenyum lebar.
Vina mengiyakan sambil memeluk Della.
“Kamu suka?” tanya Vina.
Della mengangguk mantap dan tersenyum lebar. Ia lalu menyimpan Plava di dalam lemarinya yang kecil. Plava meringkuk sedih. Ternyata Vina membelinya hanya untuk memberikan Plava pada temannya di panti asuhan.
Saking sedihnya, selama berada di dalam lemari Della, Plava tidak mengejek baju-baju lain. Della pasti tidak akan mengadakan pesta ulang tahun, batin Plava. Ia takut, ia hanya akan terus menghuni lemari dan tidak terpakai.
*
Suasana panti asuhan hari ini begitu ramai. Terdengar suara balon meletus dan gelak canda anak panti.
Dimuat di Majalah Bobo |
“Ada acara apa?” tanya Plava.
“Sore ini Della berulang tahun,” jawab Obi, kaus bermotif bunga.
Plava bingung. Ia tidak tahu kalau di panti juga ada pesta ulang tahun. Ketika ia berkata begitu, baju-baju yang lain tertawa.
“Tentu saja ada. Tapi hanya pesta sederhana,” jelas Obi kemudian.
Ketika sore tiba, Della mengambil Plava dan memakainya. Della terlihat manis sekali. Sejak pesta dimulai, senyum Della mengembang indah. Plava ikut bahagia melihatnya.
“Selamat ulang tahun, Della,” bisik Plava ketika pesta usai.
Sekarang Plava sadar, baju paling indah bukan baju dengan model bagus dan cantik. Tapi baju yang bisa menghadirkan senyum bahagia di wajah pemakainya.
Leanita Winandari
MasyaAllah indah sekali ceritanya.. Semangat ah, pengen berkarya lagi!
ReplyDelete