} Rahasia Diriku - Rumah Kurcaci Pos

Rahasia Diriku

Semua bermula tanpa sengaja. Saat sedang bermain petak umpet aku bersembunyi di loteng rumahku. Sambil menunggu ditemukan, aku melihat-lihat isi loteng. Ugh, banyak debu dan sarang laba-laba di sini.




Selama ini Nenek selalu melarangku naik ke loteng. Ternyata, loteng penuh dengan benda-benda tua. Juga ada sebuah peti kayu yang penuh ukiran bunga. Penasaran, kubuka peti kayu yang tidak terkunci itu. Isinya membuatku tercengang. Ada baju balerina, sepatu balet biru muda, dan kotak musik!

Tiba-tiba terdengar suara Nenek memanggilku. Aku langsung turun menemui Nenek

“Apa yang kamu lakukan di loteng?” tanya Nenek. “Awas, jangan bermain di loteng lagi!“ Nenek melotot tajam. Aku jadi ketakutan.

Hari-hari selanjutnya, aku merasa sangat penasaran. Siapa pemilik baju, sepatu balet, dan kotak musik itu? Kenapa Nenek menyimpannya? Apakah ada hubungannya denganku dan ayah ibuku? Sejak kecil, aku memang tidak mengenal ayah dan ibuku. Ketika Kakek masih hidup dulu, aku pernah bertanya kepadanya. Kata Kakek, orangtuaku sudah meninggal karena kecelakaan mobil.

Anehnya, aku juga tidak tahu bagaimana wajah orangtuaku. Tidak ada selembar foto pun di rumahku. Aku sungguh tidak mengerti.

Saat hari libur, aku bermain ke rumah Anne, teman sekolahku. Di ruang tamunya aku terpukau melihat banyak piala dan medali yang terpajang rapi di lemari kaca.

“Dulu ibuku seorang balerina. Ia mengikuti banyak kejuaraan. Tapi ibuku selalu juara dua. Juara satunya selalu Katarina Wilson,” Anne menjelaskan.

“Katarina Wilson,” gumamku. Nama yang mirip dengan namaku. Kiara Katarina. Aku tercenung.

Sewaktu minum teh, Tante Melisa, ibu Anne memperlihatkan foto-foto lamanya. Banyak foto ketika Tante Melisa mengikuti kejuaran balet.

“Ini dia juara satunya, Katarina Wilson. Tante yang berada di tengah, juara dua!” Tante Melisa menunjuk salah satu fotonya.

Aku memperhatikan foto itu. Ya, ampun! Mataku seakan tidak percaya. Baju dan sepatu balet yang dipakai Katarina Wilson, sangat mirip dengan yang baju yang kutemukan di loteng rumah. Jangan-jangan… 

Ketika akan pulang hujan turun dengan lebatnya. Berkali-kali Nenek menelepon karena khawatir. Akhirnya Tante Melisa mengantarkanku pulang.

“Hai. Sepertinya saya pernah melihat Ibu sebelumnya!” seru Tante Melisa ketika berkenalan dengan Nenek.

“Ah, mungkin Ibu hanya melihat orang yang mirip saya!” sergah Nenek.

Karena penasaran, esoknya, sepulang sekolah aku pergi ke rumah Anne lagi.

“Apa betul Tante pernah melihat Nenek saya sebelumnya?” tanyaku.

“Ya, Tante yakin sekali pernah melihatnya. Tapi dimana, ya? Tante lupa.”

“Tolong Tante ingat-ingat lagi. Apakah Tante bertemu nenekku di pasar, di rumah sakit, di sekolah…” aku terus bicara. Tapi Tante Melisa terus menggelengkan kepalanya.

“Mungkin Tante bertemu Nenek di kejuaraan balet?”

“Aha! Benar katamu, sayang!” seru Tante Melisa. “Nenekmu yang selalu mengantar Katarina Wilson.”

Apa?! Aku kaget sekali. Jadi Katarina Wilson adalah ibuku?

Tanpa ragu lagi, aku ceritakan semuanya pada Tante Melisa. Tante Melisa berjanji akan membantuku mencari orangtuaku.


Tante Melisa menepati janjinya. Seminggu kemudian, ia menelponku.

“Tante berhasil mendapatkan alamat orangtuamu. Bahkan Tante sudah menghubungi mereka. Hari Minggu mereka akan datang menemuimu.”

Hari yang kutunggu tiba juga. Tepat jam sepuluh pagi, sebuah mobil mewah berhenti di depan rumahku. Dari balik jendela aku melihat seorang wanita cantik dan seorang pria tampan turun dari mobil itu. Hei, ada gadis cilik seusiaku. Apakah dia saudaraku?

Nenek sangat terkejut saat membuka pintu. Nenek memeluk wanita dan pria itu. Lalu dengan penuh kasih sayang membelai gadis cilik itu. Lalu Nenek mempersilahkan mereka masuk. Mereka mulai berbincang. Aku memasang telinga dengan tajam.

Air mataku pun jatuh. Sungguh, aku kecewa sekali. Semuanya di luar dugaanku. Mereka bukan orangtuaku dan gadis cilik itu bukan saudaraku.

Yang sebenarnya, dulu Nenek adalah pengasuh Katarina Wilson. Nenek selalu menemaninya ke mana-mana. Saat Nenek pensiun, Katarina Wilson memberikan baju dan sepatu balet beserta kotak musiknya sebagai kenang-kenangan pada Nenek. Lalu aku ini anak siapa?

“Nenek menemukanmu di depan rumah dalam keadaan kedinginan. Akhirnya Kakek dan Nenek mengadopsimu. Kakek dan Nenek sangat menyayangimu. Sampai-sampai Nenek melarangmu bermain di loteng. Kamu, kan, alergi debu. Nenek sedih kalau kamu sakit!” begitulah cerita Nenek.

Olala… kini semua jelaslah sudah. Namun, aku tidak sedih lagi karena tahu kalau Nenek ternyata sangat menyayangiku.

Bambang Irwanto


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rahasia Diriku"

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.