Sore itu saya sedaang nonton procast seorang MC perempuan di youtube. Dia selalu mengundang tamu-tamu inspiratif yang membuka wawasan saya. Nah, kali ini dia khusus menampilkan suaminya, beserta dua orang anak laki-lakinya ysang sudah remaja. Mereka membahas tema keluarga. Hadir juga 2 anjing peliharaan mereka sebesar anak sapi.
Bing Image Create |
Tiba-tiba keponakan saya yang usia 8 tahun datang main. Dia memang hampir tiap sore main ke tempat tinggal saya bersama adiknya. Saat melihat dia masuk, saya langsung menyapa, “ Dev.. Dev.. lihat deh, anjingnya besar banget!” seru saya sambil menunjuk ke arah televisi.
Keponakan saya itu otomatis melihat dan lansung nyeletuk. “
Bukan anjing, Om Bambang. Tapi gukguk!” jawabnya.
Saya tersenyum. “Namanya memang anjing, Dev. Gukguk itu
suaranya saat mengonggong.”
“Gukguk Om. Kalau bilang anjing tak sopan kata Papah.”
Wah, harus dijelaskan nih hehehe.
Namanya Anjing Bukan Gukguk
Dalam kamus bahasa Indonesia, Anjing berarti hewan mamalia
dari famili canidae, terutama genus canis yang memiliki bentuk tubuh seperti
serigala, berekor panjang, dan berbulu.
Bing Image Create |
Sejak saya kecil, saya itu sudah terbiasa menyebut hewan tersebut ya, anjing bukan gukguk. Tapi tetap saya diajari kalau suara anjing mengonggong itu suaranya guk..guk..guk. Sama seperti kucing bukan namanya meong, tapi suaranya saat mengeong. Jadi sebenarnya sangat bagus anak diajarkan nama hewan sebenarnya dengan suaranya.
Hanya saja, saat saya mencari lagi, ternyata gukguk itu nama
lain anjing dalam bahasa sunda dan beberapa dialek lokal di Indonesia. Hanya
yang ingin saya tekankan di sini, memang bahasa Indonesianya adalah anjing.
Lagian, keponakan saya itu kan, akan berteman dengan teman dari berbagai
daerah.
Kolpri |
Makanya dalam menulis cerita anak, terutama saat menulis fabel, saat akan menulis tokoh hewannya, saya juga harus memasukkan juga suara hewannya. Jadi sekalian ada pelajaran yang didapat anak-anak. Termasuk apa saja manfaat hewan itu untuk kehidupan.
Misalnya Anjing selain dipelihara untuk keamanan. Dulu bapak saya pernah ditugaskan di sebuah daerah yang masih sepi. Jadi memelihara anjing untuk menjaga babi agar tidak masuk ke dalam rumah. Dan anjing itu hanya di kolong rumah panggung di luar tumah.
Anjing itu juga bermanfaat dalam menjagaekosistem. Anjing dapat membantu mengendalikan populasi hama seperti tikus, ular, dan burung hama. Anjing membantu memantau keberadaan satwa liar dan mendeteksi perubahan lingkungan. Anjing membantu dalam upaya konservasi satwa liar dan habitatnya.
Jadi pengetahuan-pengetahuan lain bisa dimasukkan seputar anjing. Termasuk saya pernah menulis cerita mengenai anjing yang bisa mendonorkan dara pada anjing lain yang dimuat di Kompas Anak Minggu.
Jadi anak-anak tahu, oh, ternyata bukan sesama orang saja yang bisa mendonorkan darah, tapi anjing juga. Dan juga harus disesuaikan dengan golongan darah. Makanya ada juga bank darah anjing di beberapa rumah sakit. Hanya kalau manusia memag ada Golongan Darah Langka seperti golongan darah AB negatif (AB-), B negatif (B-), A negatif (A-), golongan darah Bombay (HH).
Teman saya juga Mbak Manda Alienda mempunyai Golongan darah O Rhesus negatif (O-) memang relatif langka. Dan sesauai info yang sayha baca, pemilik gologan darah ini harus menghindai makanan berlemak tinggi dan lemak, dan fokus mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan protein.
Lumrahnya Pengucapan Kata Anjing Zaman Now
Saat mencari di KBBI, ternyata anjing itu mempunyai arti
lain yang berbeda yaitu untuk menyebut atau melabeli orang yang berprilaku
tidak baik, tidak bermoral, atau tidak beradab. Untuk hal ini, saya sudah paham
sejak kecil, dan biasanya diucapkan oleh orang tua atau orang dewasa yang
snagat marah dengan kelakuan orang dewasa lainnya.
Saat saya merantau ke Jakarta, lalu main ke tempat embah
saya di sebuah daerah di Jawa, itu sudah lumrah mengatakan kata Asu yang
berarti anjing. Padahal mereka dalam situasi becanda saja. Misalnya temannya
ngagetin, lalu spontan akan terucap kata asu. Tentu saya kaget. Soalnya ngomong
seperti itu, ditujukan kepada orang memang yang kelakuannya tidak baik.
Nah, 2 tahun ini saya amati memang kata anjing sudah lumrah
diucapkan, bahkan untuk obrolan sehari-hari. Dari anak-anak sampai orang
dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan di kalangan anak-anak juga. Itu
karena mereka mendengar orang yangb lebih tua dari mereka mengucapkan dalam
keadaan ngobrol biasa atau becanda. Jangan lupa ya, anak peniru ulang.
Harus Diperjelas Penggunaan Kata Anjing
Makanya, wajar saja ya, kalau keponakan saya itu tidak biasa
mengucapkan kata anjing, tapi gukguk. Padahal seperti yang saya tuliskan
sebelumnya, tidak ada yang salah atau larangan, asal disebutkan pada sikon yang
tepat.
Bing Image Create |
Makanya saya pun menjelaskan kepada keponakan saya. Kalau
menyebut anjing untuk menunjukkan hewannya, itu tidak salah. Justru itu yang
benar. Karena memang bahasa indonesia memang anjing. Tapi kalau menyebut anjing
ditunjukkan kepada teman, itu tidak boleh, tidak sopan, karena menurut saya
kata kotor.
Keponakan saya mengangguk, walau saya tahu sebetulnya dia
belum paham sepenuhnya. Namun akan saya beritahu lagi. Mungkin lewat cerita
anak yang lebih memudahkan dia paham. Karena dalam cerita anak.
Memang harus dijelaskan dengan benar apa adanya ya. Kalo anjing ya namanya anjing, bukan disamarkan jadi gukguk. Bagus Mas Bambang nulis cerita seekor anjing, tapi dijelaskan info-info lainnya seputar anjing. Bukan hanya hiburan belaka, tetapi juga sarat akan ilmu pengetahuan baru di dalamnya.
ReplyDeleteBTW, saya baru tau loh kalo anjing juga bisa mendonorkan darahnya dengan anjing lainnya...
Iya ya betul. Saya setuju niih dengan pendapat Mas Bambang. Anak harus diajarkan penyebutan dengan istilah yang benar. Untuk menghindari bias informasi yang terbawa hingga dewasa.
ReplyDelete
ReplyDeleteHaha, bukan anjing om, tapi gukguk. Anjing itu kasar...
Itu percis banget seperti apa yg diajarkan banyak orang tua di daerah saya. Bedanya bukan gukguk manggilnya, tapi gogog
Emang sih dari suaranya juga. Kalau anjing menggonggong kan bunyinya (di Sunda) gog gog gog...jadilah panggilannya buat anak mah gogog
Kata anjing emang seperti kasar secara anak gaul suka diplesetkan kata anjing jadi panggilan kepada teman
Di Sunda kata plesetan Anjing Bagong itu istilah yg diplesetkan untuk istilah kepada teman. Jadi dianggapnya kasar bahkan menurut keyakinan ada yg termasuk kufur
Cmiiw
Ini jadi keresahanku juga. Aku waktu kecil juga gitu diajarkannya bilang anjing itu gukguk. Seolah kata anjing itu bermakna kasar karena banyak diucapkan oleh orang ketika marah. Jadinya terbiasa di masyarakat.
ReplyDeleteKetika punya anak, aku justru menyebutnya dengan anjing, karena ya memang itu hewan anjing. Namun karena udah terbiasa, orang-orang malah mengenalkannya dengan gukguk. Jadi anakku malah manggilnya gukguk, huhu. Emang masih aneh kalau di masyarakat terkait dengan etika dan budaya.
Kata anjing emg konotasinya emg negatif, terutama kalo dipake sehari2 meski itu nama hewan. Namun kata anjing ini emg sering dipake buat mengumpat. Mknya bbrp ortu emg ngasih nama panggilan anjing itu gukguk biar lbh sopan.
ReplyDeleteDlm bahasa pergaulan, kata anjing ini dipelesetkan biar lbh sopan, seperti njing, njiir, njay meski konotasinya ttp negatif tetapi lbh sopan. Wkwkwk
Terkadang di dalam lingkungan sosial, anjing punya konotasi yang negatif. Makanya, kebanyakan orang tua menyebutkan anjing sebagai gukguk pada anaknya. Hehehe
ReplyDeleteHeheheh iya juga yaa, bukan karena peyorasi sih sebenernya tapi emang harus dibenerin dongg kalau salah hihi. dan aku baru sadar kadang aku bilangnya juga gukguk bukan anjing wkwkwk
ReplyDeletePenggunaan kata "anjing" sekarang mulai meresahkan. Baru kemarin buka laptop di sebuah coffee shop, datang 4 orang Gen Z dan sangat banyak anjing. Mungkin hal seperti itu yang bikin si ponakan diajari bahwa mengucapkan "anjing" tuh kasar.
ReplyDeleteTapi aku sepakat, anak mesti diajarkan nama yang benar.
Hahaha, keponakan Pak Bambang lucu. Gitu ya anak kecil, ada polosnya, ada benernya kadang. Tapi iya ya, nggak di mana-mana, mengucapkan kata anjing konotasinya jadi jelek karena dipakai buat ngumpat. Tapi kalau di Surabaya malah jadi panggilan akrab sesama teman.
ReplyDeleteHahahaa.. iyaa nih..
DeleteAku relate banget kalo arek Suroboyo biasa ngomong kasar means uda akrab sama lingkungannya. Tapi kalau di sosmed, berasa gasopan sekaliii...
Semoga dengan mengajarkan bahasa yang baik, anak-anak bisa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Oh, aku baru tau, mas Bams.. kalau anjing pun melakukan donor darah.
ReplyDeleteAku selalu kagum sama anjing... andaikan bisa memelihara, aku lebih memilih memelihara anjing daripada hewan lainnya. Hehehe.. dan iya juga yaa.. anak-anak diajarkan ngomong guguk daripada anjing untuk menghindari kalimat kasar.
Tapi kalau nonton film atau series indo, kata "Anjing" memang jadi bahasa sehari-hari banget. Agak mengkhawatirkan dengan pergaulan anak genji dan gen alpha sekarang yaah..
Mas Bambang tinggal dimana sih, kok di sana kok saling sapa dengan kata njing?
ReplyDeleteKarena di Bandung sini anak ABGnya saling menyapa dengan kata tersebut
Anehnya teman yang dipanggil njing cuek saja
Tentang pemahaman gukguk, saya juga lagi galau
Anak balita di sini sering ditakut-takuti ortunya: Jangan kesana, nanti ada gukguk
Lha emang kenapa dengan gukguk?
Eniwei saya juga heran, kenapa mereka menyebut gukguk dan bukan anjing hanya sekadar untuk "penghalusan kata" :D
Cara pengucapan yang diajarkan sama orangtua akan berpengaruh besar ketika ia dewasa. Sama hal kaya nomor 025 banyak yang menyebutnya kosong dua lima. Padahal nol .
ReplyDeleteIni beneran baru banget sih buat saya, thanks banget ya atas infonya. Saya emang tahunya sih anjing. Gukguk kaya nama sebutan lain untuk anak kecil gitu.
ReplyDeleteNah ini baru artikel yang menarik! Saya jadi lebih sadar tentang penggunaan kata "anjing" dan pentingnya mengajarkan bahasa yang tepat pada anak-anak. Sehingga nantinya mereka lebih menyadari penggunaan nama "anjing"
ReplyDeleteSaya termasuk orang tua yang membiasakan penyebutan benda seperti apa adanya, anjing ya anjing bukan gukguk. Juga kata yang lainnya biar sejak dini anak paham memang itu namanya dan bingung di kemudian hari.
ReplyDeleteSalut pada penulis cerita anak seperti Mas Bambang yang bisa menuliskan sebuah pesan dalam bahasa yang mudah dimengerti anak-anak
Klo gen Z beda lagi ya, Mas. Mereka sebunya anjir, njir, njink (tapi itu untuk memaki atau becanda yang alay menurutku) karena lama2 bahkan pada saat ngbrol biasapun akhir kalimat suka ditambah njir...
ReplyDeleteapaan sih ya, haha.
Mungkin kebiasan anak2 dilarang manggil anjing dengan nama aslinya karena dilingkungan sering dengar makian... mungkin yaa...
jadi anak kecil lebih tepatnya diingatkan supaya jangan ikut2an memaki pake nama hewan kali yaa...
Di lingkungan saya juga banyak orang tua yang membahasakan gukguk, bukan anjing. Lah padahal kan nama hewan itu anjing.
ReplyDeleteSalut sama mas Bambang, yang mau memberikan edukasi pada ponakan terkait penyebutan nama hewan itu
kadang hal kecil seperti ini sering dianggap sepele, padahal menarik banget kalau dilihat dari sisi bahasa dan budaya.
ReplyDeleteZaman saya kecil dulu, kalau di lingkungan keluarga biasa saja menyebutnya. Cuma kalau di sekolah, teman-teman terbiasa untuk menepuk mulut masing-masing (bukan mulut teman ya tentunya) sesudah menyebutkan kata anjing. Padahal di lingkungan sekitar rumah dan sekolah saat itu ada beberapa tetangga yang memelihara anjing, beberapa di antaranya dilepas di jalan umum yang kadang memunculkan kejadian nggak enak. Bayangkan mau curhat "Aku kemarin nangis di tengah jalan karena maju nggak bisa, mundur nggak bisa, ada anjing di kedua sisi" atau "Kemarin nggak bisa tidur karena anjing sebelah rumah menggonggong terus", tapi jadi harus sambil berkali-kali menepuk mulut.
ReplyDelete