“Di, kamu sudah waktunya makan,” kata saya pada boys saya
yang sudah pulang sekolah sejam yang lalu.
“Iya, bentar lagi jam 3 aja,” jawabnya.
Ini sudah jam3,” tukas saya,
Belum masih 3 menit lagi jam 3,” dia ikut-ikut menukaskan
juga.
Ehm… saya menghembuskan napas. Padahal sejak tadi dia hanya mainkan ponselnya.
Entah sejak kapan, boys saya yang sudah kelas 3 SMP dan
umurnya hamper 15 tahun itu, kalau diingatkan sesuatu, pasti patokannya pada
jam teng. Jadi mau melakukan atau akan mengerjakan sesuatu kalau sudah pas
waktunya. Tidak hanya soal makan, tapi juga kalau disuruh sesuatu.
Misalnya disuruh angkat jemuaran jam 2 siang, benar-benar
jam 2 siang baru diangkat. Padahal baju sudah dijemur sejak pagi, dan matahari
juga bersinar terang. Bisa saja kan, sebelum jam 2, hujan sudah turun. Telat
semenit saja, jemuran basah semua. Apa tidak menyala mamanya haha.
Pastinya saya tidak suka dengan gayanya yang kalau melakukan
sesuatu patokannya adalah jam teng. Soalnya hidup ini bukan hitungan yang sudah
dipatok mati. Bahkan hitungan matematika juga jugatidak dipatok harga mati.
Misalnya, tidak selamanya 5+5=10. Banyak variasi penjumlahan lain yang hasilnya
10. Mulai dari 1+9, 2+8, 3+7, dan seterusnya.
Dsn seperti itulah kehidupan. Menghadapi sesuatu tidak harus
plek keteplek. Tapi bisa sekali dibuat fleksibel. Misalnya saya rencananya mau
pegi menghadiri acara yang dimulai pukul 2 siang. Maka, Saya itu bisa dari
rumah sudah jalan pukul 10 pagi. Karena dalam perjalanan bisa saja hal-hal tak
terduga yang membuat saya telat sampai tujuan. Apakah macet, kalau saya naik
motor pas hujan, dan saya harus berteduh dulu, kalau naik Tije mungkin saja
penumpang banyak dan naik busnya harus antre, dan lain-lain.
Efek Anak Menerapakan Hidup Sesuai Waktu dan Jam
Jadi saya memang harus segera mengubah minset si Boys soal
melakukan sesuatu harus sesuai jam teng
karena secara tidak langsung melahirkan hal-hal yang tidak baik baginya.
Jadi Suka Menunda waktu
Kalau anak patokannya melakukan sesuatu adalah jam teng,
maka secara tidak langsung dia menunda. Kalau belum teng jamnya, tidak
dilakukan dulu. Akhirnya bisa kelewat dan harus diingatkan lagi. Awalnhya
semenit, lalu 5 menit, 10 menit, bablas 30 menit, dan akhirnya lupa.
Menunda = Malas
Kalau anak sudah sering menunda-nunda menunda mengerjakan sesuatu itu lama-lama anak
akan menjadi malas. Dari awalnya melaksanakan sesuatu menunggu waktu, maka
lama-lama akan enggan melakukan.
Menghilangkan Kesempatan
Kalau anak sudah menunda sesuatu, maka sebenarnya bisa
menghilangkan kesempatan. Padahal kesempatan itu dalah emas. Contohnya nih,
disuruh beli roti. Bilangnya sebentar dulu. Akhirnya tiba-tiba hujan. Akhirnya
terhalang lagi. Atau bisa juga, saat sudah sampai di mini market, ternyata roti
yang ingin dibeli sudah habis. Padahal bisa saja, tadi masih ada, hanya baru
saja dibeli orang. Kalau sudah bdgini sudah pasti rugi sendiri.
sama kayak seorang ibu mempunyai uang dan ingin membeli perhiasan emas. Kalau tidak segera pergi ke toko dan membeli, bisa saja model perhiasan sudah dibeli oleh orang lain.
Cara mengajarkan anak soal kehidupan
Sebagai orang tua, pastinya kita harus segera bersikap.
Pastinya ya, setiap orangtua ingin anaknya menjadi lebih baik. Lalu apa yang
orang tua bisa lakukan?
Tegas bukan kasar
Pertama yang harus dilakukan oleh orang tua adalah harus
tegas tapi bukan kasar. Saat ada sesuatu yang harus dikerjakan anak dan anak
tidak segera melakukan, harus dipertegas agar anak segera mengeaskan. Tapi usahakan jangan
dengan nada tinggi. Jangan lupa dijelaskan juga apa saja dampak-dampak atau
akibatnya kalau anak tidak segera bergersk
Memberi contoh
Anak itu adalah peniru ulung. Jadi solusi terbaik adalah
memberi contoh. Jangan sampai anak berkata, ah.. orang tua saya juga begitu.
Mengarahkan Bukan Melarang
Hal ini saya pelajari saat kebetulan menonton acara kajian di teevisi. Jadi orangtua memang harus mengarahkan, bukan melaranng karena pada dsarnya anak tidak suka dilarang-larang. Kita juga saat anak-anak tidak suka dilarang hehehe. Contohnya saat anak ada kegiatan Matket Day di sekolah. Tentunya orang tua tidak melarang anak untuk nantinya jualan ini itu. Tapi mengarahkan dengan memberi ide-ide jualan Market Day untuk anak SD.
Jadi untuk soal kita, saya pun
tidak langung meluncurkan ultimatum, kamu jangan begitu, kamj jangan begitu.
Kamu harus begini, harus begitu. Jadi diarahkan saja. Kalau kamu melakukan ini
akan blabla..
Itu dia sharing singkat bahwa
hidup ini bukan soal hitungan pasti. Semoga bermanfaat.
Hemmmm, dilema juga ya. Di satu sisi memang disiplin, tapi malah berpotensi merugikan diri sendiri juga kalo harus on time terus. Ya kayak ngangkat jemuran tadi. Mesti nungguin jam 2 teng, baru jemurannya diangkat. Jadi ya mesti melihat sikon juga dong ya dalam menerapkan disiplin on time ini
ReplyDeleteLucu juga nih anaknya pak Bams. Si tepat waktu nih julukannya. Emg ada baiknya sih ya teoat waktu. Tp kalo terlalu tepat wkt ya bahaya jg. Contohnya ya kyk angkat jemuran/disuruh ke toko kyk udh disebutin di atas, tiba2 ujan. Ya akhirnya jemuran malah basah atau ga jd ke toko krn ujan. Dilema jg sih.
ReplyDeleteDan komunikasi dgn anak ini lah yg menjadi solusi. Ortu bs ngasih contoh hal2 terkait kegiatan yg berhubungan dgn wkt. Ada hal2 yg hrs dilakukan segera dan ada yg bs ditunda selama ga mengganggu aktivitas lainnya.
Sebenarnya tepat waktu adalah yang apik, apalagi bisa disiplin dengan hal itu, seperti di negara maju. Namun, perlu juga ada rasa bijak yang ditanamkan, misalnya kalau bisa di awal waktu, bukankah lebih baik?
ReplyDeleteYa ampun kok bisa harus selalu jam teng ya, hihi. Jadi gemes ya ngasih tahunya. Tapi, kalau ngasih tahu sambil marah ya nggak akan didengar. Tegas bukan kasar, orang tua harus memberikan contoh yang baik ya.
ReplyDeleteBagian tegas bukan kasar ini kudu banget dipelajari orangtua. Karena anak sekarang generasi stroberi yang kalo dikerasin dikiiitt.. berasa dunia menjahatinya.
ReplyDeletehuhuhu.. Kudu banyak-banyak belajar berkomunikasi yang baik agar anak-anak juga tetap berkarakter baik dan sesuai dengan norma sosial di masyarakat.
Anak-anak tuh kalau kebanyakan dilarang malah tertantang untuk melanggar larangan yang diberikan orangtua. Memberikan contoh dan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu kunci utama agar anak mau mendengarkan orangtuanya.
ReplyDeleteMemang mwndosiplinkan anak itu harus dibiasqkan dari kecil agar tertanam dalam memori dan pikirannya. Betul sekali pa apa yang bapak paparkan ini.
ReplyDelete