} Tama Tidak Cemberut Lagi - Rumah Kurcaci Pos

Tama Tidak Cemberut Lagi

foto : Bing Image - Desain Canva


“Kamu masih ngembek, Tam?” tanya Kak Adeeva saat melihat adiknya masih manyun.

“Kenapa sih, kita ga naik pesawat saja, Kak?” 

“Papah kan sudah bilang. Dua tahun lalu kita sudah naik pesawat,” tukas Kak Deeva.

Tama mengangguk. Ia memang Sudah bertanya pada Papah. Kata, Papah naik kapal laut itu seru. Apalagi Tama belum pernah. Kata Papah, kalau bawa mobil ke Makassar, mereka bisa sekalian jalan-jalan berwisata di sana. Misalnya ke Bantimurung, Rammang-Rammang Maros, daerah puncak Malino, Tanjung Bira Bulukumba, bahkan bisa ke tana Toraja.

Tapi Tama tetap kesal. Anak laki-laki 10 tahun itu sudah membayangkan perjalalan panjang, jauh, dan melelahkan. Rencananya mereka akan naik mobil dulu ke Surabaya. Dari Surabaya, lanjut naik kapal laut menuju Makassar. Padahal kalau naik pesawat ke Makassar, hanya butuh waktu kurang lebih 2 jam.

Bulan puasa dan lebaran tahun ini, Papah dan Mamah memang akan ke rumah kakek dan nenek di Makassar. Kebetulan ayah dan ibu Papah masih tinggal di kota berjulukan Anging Mamiri itu. Walau sudah pensiun kakek dan betah tinggal di sana. Kakek sering bercanda. Kalu pindah dari Makassar, nanti jauh kalau mau makan pisang epe di Pantai Losari.

Papah dan Mamah sengaja berangkat ke Makassar sebelum mulai puasa. Apalagi Papah dan Mamah tidak bekerja kantoran. Papah desain grafis dan mama perancang busana muslim. Papah dan Mamah bisa libur kapan saja. Sedangkan Tama dan Kak Deeva homescholling.

“Kamu jangan cemberut terus, Tam! Nanti malah ditinggal Papah, lho!” Kak Deeva mengingatkan Tama. “Sekarang kita tidur saja! Kata Papah pagi-pagi kita berangkat,” kata Kak Deeva lalu meninggalkan kamar Tama.

Esok paginya, Tama bangun dengan tidak bersemangat. Mamah harus bolak-balik ke kamar Tama untuk mengingatkan segera Bersiap. Dengan malas-malasan Tama bangkit dari tempat tidur, lalu menuju kamar mandi.

Setelah mandi, Tama segera ke menuju ruang makan. Mbak Jaenab, asisten rumah tangga di rumah Tama, sudah membuatkan nasi goreng telur sosis kesukaan Tama. Nanti Mbak Jaenab juga yang akan menjaga rumah Tama. Kebetulan Mbak Jaenab orang asli Jakarta dan tidak mudik. Rumah Mbak Jaenab juga tidak jauh dari rumah Tama.

“Semangat Tama! Segera habiskan sarapanmu! Pejalanan kita jauh, lho! Tama! Perjalanan kita jauh, lho!” Mama meningatkan Tama Yang masih terlihat malas-malasan mengunyah nasi gorengnya

“Tama masih kesal ga jadi naik pesawat, Mah,” 

Tama langsung melotot ke arah Kak Deeva. “Kak Deeva…

“Biarin saja, Kak! Nanti Tama juga akan senang! Lihat saja nanti,” kata Papah bercanda sambil tertawa.

Tama tidak ingin ditegur Mamah lagi. Ia segera menghabiskan sarapannya.

Pukul 7 pagi, mereka pun berangkat menuju Surabaya. Papah mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Karena masih hari biasa dan belum puasa, kendaraan belum ramai. Apalagi papah lewat jalan tol.

“Jam berapa kita sampai Surabaya, Pah?” tanya Tama.

Papah tertawa. “Tam.. Tam… Masih jauh, Nak! Ini baru menuju Cikampek. Perjalanan Jakarta ke Surabaya sekitar 9-10 jam. Jaraknya kan 780 kilometer,” Papah menjelaskan.

“Wah.. bisa panas punggung Tama duduk di mobil 10 jam,” keluh Tama.

“Ya, nggak dong, Tam! Nanti kita akan berhenti di rest area juga untuk salat dan istirahat,” Mamah menenangkan Tama.

“Iya, Tam. Nikmati saja perjalanan. Kita kan jarang diajak liburan jauh,” tambah Kak Adeeva.

“Nah, betul itu kata Kak Deeva! Pokoknya ini perjalanan mudik sekaligus liburan, Tam!” tambah Papah.

Tama akhirnya mengangguk mengerti.

Di rest area KM 19 di saerah Cikampek, papah menghentikan mobil. Mereka makan siang dulu, lalu salat dzuhur. Setelah beristitrahat yang cukup mereka melanjutkan perjalanan. Mereka pun juga beristirahat di beberapa rest area lagi. Menjelang sore, mobil yang dikemudikan Papah sudah memasuki kota pahlawan.

“Jadi, kita akan langsung naik kapal laut, Pah?” tanya Tama.

“Tidak, dong!” Kita bermalam dulu di Surabaya. Besok sore, baru kapal akan berangkat,” jawab Papah.

“Asyik, kita jalan-jalan dulu melihat-lihat kota Surabaya,” sorak Kak Deeva.

“Iya, kitab bisa mencari kuliner Surabaya, Ada Sate klopo, lontong balap, nasi krawu. Juga bebek goreng kesukaanmu, Tam!” kata Papah. 

Foto : Jember Inews


"Asyik!" Sorak Tama.

“Kebetulan, mama juga sudah janjian dengan Tante Nini. Dia teman sekolah Mama di Jakarta, tapi sekarang ikut suami tinggal di Surabaya. Tante Nini itu Blogger Surabaya juga,” kata Mama.

Esok siangnya, pukul 12 siang mereka sudah berangkat menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Walau kapal baru berangkat sore. Setelah mengantre, akhirnya mobil Papah bisa masuk ke dalam kapal. 

“Yuk kita menuju kamar kita di lantai atas!” ajak Papah setelah memarkir mobil dengan rapi. 

Tama kagum skali melihat isi kapal. Apalagi ia baru pertama kali naik kapal. Di dalam kapal Ada lifnya. Bahkan seperti hotel saja. Kamar mereka berisi 2 tempat tidur besar. Nanti Papah tidur bersama Tama, Kak Deeva tidur Bersama mamah.

Foto : Tribun Papua Barat

Menjelang sore, kapal laut Sudah meninggalkan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Papa mengajak Tama Kak Deeva dan Mamah keluar kamar untuk melihat pemandangan di luar kapal. Wah, ternyata pas sunset. 

“Indahnya matahari terbenam!” pekik Kak Deeva.

“Iya, baru kali ini Tama melihat sunset!”

Usai melhat sunset, terdengar kuamndang adzan magrib daei musala kapal. Papah mengajak salat magrib dulu di musala. Saat mereka  ke kamar, tenryata makanan sudah dintar. Mereka pun menikmati makan malam.

“Kalian jangan tidur larut, ya! Besok bangun pagi unrtuk meliha matahari terbit!” pesan mamah.

Tama dan kak Deeva mengangguk.

Tama sangat bersemangat untuk melihat sunrise. Ia segera bangun saat papa membangunkan untuk salat subuh. Setelah itu, papa mengajak duduk di geladak kapal. Dari jauh, tampak matahri sudah kemerahan. Ssentar lagi matahriterbit.

“Wow.. keren!” ucap Tama.

“Itulah kelebihan naik kapal laut, Tam. Bisa lihat sunrise dan sunset, “ kata mamah.

“Dan kalian beruntung bisa melihat sunrise dan sunset. Walau naik kapal laut, tidak semua orang bisa menikmati. Bisa saja waktu itu pas hujan.” Kata Papah.

“Iya, Pah! Tama senang sekali naik kapal laut. Banyak cerita,” ucap Tama penuh kegembiraan.

“Deee.. siapa yang awalnya tadi ngambek?” goda Kak Deeva.

“Kakak….!”

Bambang Irwanto

Subscribe to receive free email updates:

19 Responses to "Tama Tidak Cemberut Lagi"

  1. Lega karena akhirnya Tama bisa menemukan keseruan dari naik kapal laut. Bisa menikmati sunset atau sunrise di antar ombak. Itu sungguh sangat Indah. Aku iri pada perjalananmu Tama.

    ReplyDelete
  2. Tama sih, belum tahu dia sensasi asiknya naik kapal laut hehe. Apalagi pas solat di sana. Daku pernah soalnya Pak Bams, pas solat di kapal, goyang² banget dan makin berasa dari i'tidal menuju sujud. Kalo gak seimbang bisa gedubrak hehe. Namun, asik sih, karena jadi serasa dekat dengan alam dan Maha Pencipta

    ReplyDelete
  3. Tama dan Deeva anak yang shaliih..
    Meskipun awal-awalnya ada dramanya yaa.. Tapi setelah menjalaninya, alhamdulillah.. semua senang, semua bahagia.

    Semoga mudiknya ke Makassar lancaarr yaa..

    Naik kapal itu menarik ya..
    Meski aku belum pernah melakukan perjalanan panjang, hanya menyeberang dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk dan Pelabuhan Ujung Surabaya ke Pelabuhan Kamal.

    ReplyDelete
  4. Busyeet ke Makassar pakai perjalanan darat dan laut? Menyenangkan sih tapi lamaaa bgt. Wkwkw. Aku bakalan kyk Tama deh kalo disuruh pk perjalanan darat via jalan raya.

    Kalo disuruh pilih, lbh suka naik kereta. Abis itu naik kapal laut deh. Tp ga enaknya, ya ga bs berhenti sewaktu2 di rest area. Emg sih bakalan ga bosenin kl naik transportasi darat dan laut. Bakalan ada kejutan2 krn perjalan ckp panjang. Beda dgn pesawat yg bs ditempuh dgn bbrp jam.

    ReplyDelete
  5. Ya ampun lucu banget Tama ngambek nggak mau naik kapal laut, tapi jadi seru yaa pengalaman pertama naik kapal laut jadi liat matahari terbit dan terbenam. Serta kulineran di Surabaya yang enak banget.

    ReplyDelete
  6. Tak kenal maka tak sayang. Jadi Tama harus merasakan dulu naik kapal laut, baru deh suka dan betah...Selamat menikmati perjalanan menuju Makasar ya Tama....

    ReplyDelete
  7. Wah senangnya Tama akhirnya bisa lihat sunset dan sunrise ya, seseru itu ternyata naik kapal laut jarak jauh

    ReplyDelete
  8. Pengen seperti Tama yang tidak takut naik kapal laut
    Kalau aku mau mudik ke Makassar masih bingung mau apa gak karena membayangkan 30 jam di lautan
    Keren Tama karena pasti punya banyak cerita selama berlayar di kapal laut

    ReplyDelete
  9. Wuaaaa aku jadi mupeng naik kapal ke Makasar, aaah Tama akhirnya happy.
    Iyalah yaa nikmati Sunrise dan Sunset itu sorga banget. Semoga punya kesempatan bisa menikmati itu.

    Ahh cerita ini membangkitkan rinduku pada traveling.

    ReplyDelete
  10. Tamaaa, aku juga tidak suka naik kapal, karena pernah mabuk laut, rasanya luar biasa. Tapi memang pengalaman naik kapal menjadi salah satu pengalaman menarik yang tak terlupakan. Apakah penulis pernah ke Makasar naik kapal? dari detail ceritanya sepertinya sudah paham betul alur dan jalannya :)

    ReplyDelete
  11. Kan asik kan Tam naik kapal hehe.
    Seru dan ad seninya naik kapal laut. Cuma ya kalo pas ombak besar ini nih, kadang yang bikin dag dig dug. Soalnya pernah pas solat di kapal agak oleng² gitu, tapi tetep nyaman sih

    ReplyDelete
  12. Makanya, Tam. Jangan underestimate duluan ya. Nikmati saja perjalanan. Aku selalu suka menikmati perjalanan. Capeknya kadang nggak kerasa. Hehehe

    ReplyDelete
  13. Kebayang keselnya si Tama nih, udah seneng bakal naik pesawat eh malah naik kapal laut. Walau sebenarnya kl punya banyak waktu seruan naik kapal loh Tama :)

    Kisah ini mengajarkan bahwa terkadang, pilihan yang berbeda dari kebiasaan dapat membuka peluang untuk pengalaman baru yang berharga. Perjalanan darat dan laut yang ditempuh tidak hanya memberikan kesempatan untuk melihat pemandangan dan tempat-tempat menarik, tetapi juga mempererat hubungan antaranggota keluarga melalui momen-momen kebersamaan.

    Dari Tama kita juga belajar ada beberapa hal yang di luar rencana justru malah jadi kesempatan untuk menikmati proses perjalanan dan malah menemukan momen2 bahagia bersama keluarganya.

    ReplyDelete
  14. Tama bisa tersenyum dan berbahagia menumpang kapal laut ke Surabaya. Pasti pengalaman yang berharga yang tidak akan dilupakan seumur hidup perjalanan seperti ini

    ReplyDelete
  15. Dulu bayangan pas pertama naik kapal laut juga engga enak banget tapi setelah dijalan jadi ketagihan heheh,..semua hrs terbiasa ya..

    ReplyDelete
  16. Nah, pengalaman naik kapal laut malah bikin Tama happy banget. Nggak ada dia cerita cemberut atau kesal lagi yak. Itulah menyenangkannya naik kapal laut. Bisa lihat sunrise dan sunset. Meski begitu memang harus dipastikan biar nggak mabuk laut sih ya.

    So far naik kendaraan darat, laut dan udara tetap seru kalau bareng keluarga. Jadi banyak yang bisa diceritakan.

    ReplyDelete
  17. seneng baca cerita pendek anak kayak gini, andaikan sekarang aku anak SD misalnya, terus baca cerita ini, pasti yang ada dipikiranku suatu saat pengennaik kapal laut hehehe.
    Orang rumahku pernah ke makasar naik kapal laut dari Surabaya, dan memang luamaa. Tapi mendengar cerita perjalanannya memang seru. dan kapalnya bukan kapal yang kecil

    ReplyDelete
  18. Akhirnya Tama nggak ngambek lagi
    Naik kapal laut seru juga lho Tama
    Apalagi klo sebelumnya bisa wisata kuliner di Surabaya
    Perjalanan pasti lebih berwarna

    ReplyDelete
  19. Jadi ingat, ramadan tahun lalu saya pulkam juga naik kapal laut. Dan emang seru juga sih even minesnya perjalanan jadi lebih lama tapi yah dinikmati aja.

    Apalagi kalau naik kapal lautnya kayak kapal yang ditumpangi keluarga Tama ini pasti lebih seru lagi karena kapalnya udah kayah hotel. Udah ada liftnya juga.

    Alhasil Tamanya gak jadi ngambek ya, hehe

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung ke Rumah Kurcaci Pos. Tidak diperkenankan menggunakan konten di blog ini, tanpa seizin Kurcaci Pos. Terima kasih.